> >

Wapres Filipina Mundur dari Kabinet Marcos, Aliansi Gagal?

Kompas dunia | 20 Juni 2024, 00:00 WIB
Sara Duterte, putri eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte saat menandatangani dokumen dalam acara pengambilan sumpah sebagai Wakil Presiden Filipina di Davao, Filipina, Minggu (19/6/2022). Tepat dua tahun kemudian, pada Rabu (19/6/2024), Sara Duterte mengundurkan diri dari Kabinet Presiden Marcos Jr. (Sumber: AP Photo/Manman Dejeto, File)

MANILA, KOMPAS.TV – Wakil Presiden Filipina Sara Duterte mengundurkan diri dari kabinet Presiden Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr, Rabu (19/6/2024). Sara Duterte mundur dari jabatan rangkapnya sebagai Menteri pendidikan dan kepala gugus tugas anti-pemberontakan. 

Melansir Associated Press, mundurnya Sara ditengarai akibat perbedaan pendapat, termasuk dalam upaya menangkap seorang pemimpin agama yang dituduh terlibat pelecehan anak. Pun, penanganan Manila atas sengketa teritorial yang kian meningkat dengan Beijing.

Pengunduran diri Sara Duterte dari Kabinet Marcos diterima oleh Presiden dan akan berlaku efektif per 19 Juli mendatang, kata Menteri Komunikasi Filipina Cheloy Garafil. Hingga saat itu, imbuhnya, Sara Duterte akan tetap menjadi wakil presiden. 

Sara Duterte, 46 tahun, tidak mengungkap alasan pengunduran dirinya. Namun, Garafil menyebut ada permusuhan politis terbuka antara ayahnya, eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dengan Bongbong Marcos.

Baca Juga: China Murka AS Kirim Sistem Peluncur Rudal Canggih ke Filipina, Laut China Selatan Semakin Tegang

Adapun Sara Duterte dan Bongbong Marcos Jr, putra diktator Filipina Ferdinand Marcos, berkongsi dan memenangkan pilpres Filipina pada 2022. Aliansi putra dan putri dua pemimpin otoriter itu sukses menangguk suara, di tengah kekhawatiran para aktivis hak asasi manusia. Kendati begitu, hambatan politik mengadang aliansi yang disebut dilakukan tergesa itu.

Awal tahun ini, Rodrigo Duterte menuding sekutu legislatif Marcos merencanakan untuk mengubah konstitusi untuk mencabut batasan masa jabatan.

Rodrigo memperingatkan Marcos bahwa hal itu dapat membuatnya diusir oleh pemberontakan seperti yang dialami ayahnya, mendiang diktator Ferdinand Marcos, pada 1986. Rodrigo juga menuduh Bongbong Marcos sebagai pecandu narkoba. 

Bongbong Marcos menertawakan tuduhan-tuduhan Rodrigo. Sebaliknya, ia mengeklaim bahwa pendahulunya itu menggunakan fentanil, opioid kuat.

Rodrigo Duterte dan putrinya Sara mendukung Apollo Carreon Quiboloy, pemimpin gereja berbasis di Filipina yang dikenal sebagai Kerajaan Yesus Kristus, yang dicari oleh pihak berwenang Filipina karena diduga terlibat dalam eksploitasi dan pelecehan anak.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU