> >

Tak Terima Israel Masuk Daftar Hitam Penyiksa Anak di Zona Konflik, Dubes Erdan Bersikap Kasar

Kompas dunia | 8 Juni 2024, 21:10 WIB
Gilad Erdan, Dubes Israel untuk PBB, hari Senin, 25 Maret 2024. Gilad Erdan berlaku tak sopan dan  kasar terhadap kepala kantor Sekretaris Jenderal PBB, atau Chef de Cabinet bernama Courtenay Rattray, saat ditelepon bahwa Israel segera masuk daftar hitam negara dan kelompok yang menyiksa anak-anak di zona konflik, Jumat (7/6/2024). (Sumber: AP Photo)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan berbicara tidak sopan dan cenderung kasar secara diplomatik kepada kepala kantor Sekretaris Jenderal PBB, atau Chef de Cabinet bernama Courtenay Rattray, Jumat (7/6/2024). Perilaku tak menyenangkan itu dilakukan Erdan saat ia ditelepon dan dikabari bahwa Israel segera masuk daftar hitam negara dan kelompok yang menyiksa anak-anak di zona konflik.

Tindakan kasar duta besar Israel itu kontan mendapat tanggapan serius dari juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric.

Pada Jumat lalu, kata Dujarric, Kepala Kantor Sekjen PBB Antonio Guterres, Courtenay Rattray, menelepon Erdan untuk memberitahukan bahwa Israel akan masuk dalam laporan yang akan dikirim ke Dewan Keamanan PBB pekan depan.  

Israel bereaksi dengan kemarahan, mengirimkan video Erdan yang berbicara tidak sopan kepada kepala kantor Guterres pada organisasi berita dan mengunggahnya di X.

“Hamas akan lebih banyak menggunakan sekolah dan rumah sakit, karena keputusan memalukan Sekjen PBB ini hanya memberi Hamas harapan untuk bertahan dan memperpanjang perang dan penderitaan,” tulis Erdan dalam pernyataannya. “Memalukan!”

Dujarric, yang biasanya tenang, menunjukkan kemarahannya saat ditanya tentang perbuatan sang Dubes Israel yang tidak sopan kepada Kepala Kantor Sekjen PBB. 

“Panggilan itu adalah bentuk kesopanan untuk negara yang baru masuk dalam lampiran laporan,” kata Dujarric. “Rilis sebagian rekaman di Twitter itu mengejutkan dan tidak dapat diterima, dan sejujurnya, sesuatu yang belum pernah saya lihat dalam 24 tahun saya melayani organisasi ini.”

Dubes Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan, menambahkan Israel ke 'daftar memalukan' itu tidak akan mengembalikan puluhan ribu anak-anak kami yang telah dibunuh oleh Israel selama beberapa dekade.

Baca Juga: Israel Murka ke PBB karena Masuk Daftar Hitam Negara yang Melukai Anak-Anak di Zona Konflik

Juru bicara Stephane Dujarric, Kamis, (9/11/2023). Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, yang biasanya tenang, menunjukkan kemarahannya saat ditanya tentang perbuatan Dubes Israel yang tidak sopan kepada Kepala Kantor Sekjen PBB, “Rilis sebagian rekaman di Twitter itu mengejutkan dan tidak dapat diterima, dan sejujurnya, sesuatu yang belum pernah saya lihat dalam 24 tahun saya melayani organisasi ini.” (Sumber: UN/Anadolu)

“Tetapi ini adalah langkah penting ke arah yang benar,” tulis Riyad Mansour dalam pernyataan.

Setiap tahun, Sekretaris Jenderal PBB membuat daftar global negara dan milisi yang mengancam anak-anak. Tahun lalu, Rusia masuk daftar selama perang dengan Ukraina. Sekarang Israel akan masuk dalam daftar tersebut, bersama dengan Hamas dan Jihad Islam Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan "PBB menempatkan dirinya di daftar hitam sejarah hari ini” karena langkah tersebut memperburuk perseteruan panjang antara Israel dan PBB dan membuat hubungan rutin Israel dengan badan dunia tersebut penuh dengan ketegangan.

Kecaman atas keputusan Sekjen PBB tampaknya menyatukan kepemimpinan Israel yang semakin retak — dari Netanyahu yang sayap kanan dan Erdan hingga anggota kabinet perang dari tengah, Benny Gantz.

Gantz mengutip Perdana Menteri pertama Israel, David Ben-Gurion, yang mengatakan “tidak penting apa yang dikatakan oleh goyim (non-Yahudi), yang penting adalah apa yang dilakukan oleh Yahudi.”

Laporan Guterres akan terbit akhir Juni, menyoroti pelanggaran HAM berat terhadap anak-anak di sekitar 20 zona konflik. Tahun lalu, militer Rusia dan entitas bersenjata yang terkait dengan Rusia masuk dalam daftar.

Baca Juga: PBB Masukkan Israel ke Daftar Hitam Penyiksa Anak-Anak di Zona Konflik, Setara ISIS dan Al Qaeda

UNICEF hari Minggu (3/3/2024) dengan nada sangat serius memberi peringatan bahwa jumlah kematian anak-anak di Jalur Gaza akan melonjak tajam seiring berlanjutnya serangan dan pengepungan Israel. (Sumber: Arab News)

Kelompok hak asasi manusia sudah lama mendorong agar Israel dimasukkan dan pada tahun 2022, PBB mengeluarkan peringatan bahwa Israel harus menunjukkan perbaikan agar tidak ditambahkan ke dalam daftar itu.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada Jumat (7/6) menginformasikan keputusannya untuk akhirnya memasukkan Israel dalam daftar hitam negara dan organisasi yang merugikan anak-anak di zona konflik. Daftar ini juga mencakup kelompok seperti ISIS, Al Qaeda, dan Boko Haram.

Menurut laporan yang diterbitkan hari ini oleh surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, upaya ekstensif Israel untuk membujuk Guterres agar menghindari langkah ini, gagal total. Israel akan muncul dalam daftar hitam yang akan dirilis minggu depan dalam laporan yang didistribusikan kepada anggota Dewan Keamanan PBB, dengan diskusi dijadwalkan pada 26 Juni.

Channel 13 Israel mengonfirmasi pada Kamis malam bahwa meskipun upaya Israel untuk membujuknya, Sekjen PBB telah memutuskan untuk melanjutkan penyertaan ini.

Bulan lalu, Yedioth Ahronoth dan platform online-nya Ynet mengungkapkan kekhawatiran nyata di dalam Israel tentang langkah ini, setelah beberapa pernyataan kritis dari Guterres terhadap Israel. Sumber-sumber mengeklaim bahwa Sekjen PBB saat ini tidak menyukai Israel dan tidak dapat dipengaruhi.

Israel khawatir bahwa penyertaan ini bisa menyebabkan embargo senjata terhadap negara tersebut. Laporan tahunan yang ditulis oleh Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata Virginia Gamba akan mencakup seluruh tahun 2023, dengan peningkatan insiden yang signifikan karena perang di Gaza yang meletus pada bulan Oktober.

Baca Juga: Hamas-Fatah Siap Bersatu untuk Pimpin Gaza Usai Perang dengan Israel, China Disebut Jadi Penengah

Anak-anak Gaza yang mengantri makanan untuk diri dan keluarga mereka hari Minggu, 24/3/2024. (Sumber: Anadolu)

Sebelumnya, daftar hitam mencakup negara-negara seperti Afghanistan, Kongo, Mali, Myanmar, Somalia, Sudan, Yaman, Suriah, dan organisasi seperti Al Qaeda, ISIS, Al Shabaab, dan Boko Haram. Laporan mendatang tidak akan secara eksplisit menyebut Israel atau militer Israel, tetapi akan merujuk pada pasukan keamanan Israel.

Data dalam laporan ini didasarkan pada informasi dari organisasi PBB dan sumber lapangan, dengan konsekuensi masuk daftar hitam termasuk kerusakan reputasi yang signifikan bagi Israel, karena laporan tersebut mendapatkan perhatian internasional yang substansial dan dikutip di berbagai badan PBB, termasuk Majelis Umum, Dewan Keamanan, Mahkamah Internasional, dan Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag.

Secara praktis, masuk daftar hitam menghasilkan laporan khusus mengenai entitas yang terdaftar. Kantor Perwakilan Khusus akan menyusun laporan khusus tentang Israel, yang nantinya akan disampaikan kepada Dewan Keamanan.

Draf laporan yang diterima Israel beberapa bulan lalu mencakup beberapa perbuatan, seperti penggunaan bom skala besar di daerah yang diduduki, blokade parah di Gaza, serangan terhadap infrastruktur kritis, upaya merekrut anak-anak sebagai informan, dan penggunaan anak-anak sebagai tameng manusia.

Sejak Oktober, agresi Israel yang terus berlanjut di Gaza telah menyebabkan kematian 36.750 warga Palestina, termasuk sekitar 15.500 anak-anak dan 10.300 wanita, dengan 83.309 orang terluka, kebanyakan anak-anak dan wanita. Angka-angka ini belum final, karena ribuan jasad anak-anak, perempuan, dan lansia, masih terjebak di bawah puing-puing atau di jalanan, dengan tim penyelamat tidak dapat mencapai mereka karena serangan militer Israel.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU