Israel Murka ke PBB karena Masuk Daftar Hitam Negara yang Melukai Anak-Anak di Zona Konflik
Kompas dunia | 8 Juni 2024, 07:15 WIBBulan lalu, Yedioth Ahronoth mengungkapkan kekhawatiran di Israel, dengan sumber mengungkap bahwa Sekretaris Jenderal PBB saat ini tidak menyukai Israel dan sama sekali tidak dapat dipengaruhi.
Israel khawatir bahwa masuknya dalam daftar ini dapat menyebabkan embargo senjata. Laporan tahunan yang disusun oleh Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, akan mencakup seluruh tahun 2023, dengan peningkatan insiden akibat perang di Gaza yang meletus pada Oktober.
Daftar hitam sebelumnya mencakup negara-negara seperti Afghanistan, Kongo, Mali, Myanmar, Somalia, Sudan, Yaman, Suriah, serta organisasi seperti al-Qaeda, ISIS, al-Shabaab, dan Boko Haram. Laporan mendatang tidak akan secara eksplisit menyebut Israel atau militer Israel, tetapi akan merujuk pada pasukan keamanan Israel.
Baca Juga: Korban Serangan Israel di Gaza Bertambah Jadi 33.899 Terbunuh, termasuk 14.520 Anak-Anak
Masuk dalam daftar hitam ini dapat menyebabkan kerusakan reputasi yang signifikan bagi Israel, karena laporan ini mendapatkan perhatian internasional yang substansial dan dikutip di seluruh badan PBB, termasuk Majelis Umum, Dewan Keamanan, Mahkamah Internasional, dan Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.
Kantor Perwakilan Khusus akan menyusun laporan khusus tentang Israel yang kemudian akan disajikan kepada Dewan Keamanan.
Laporan draf yang diterima Israel beberapa bulan yang lalu mencakup beberapa kritik, seperti penggunaan bom skala besar di daerah pendudukan, blokade ketat di Gaza, serangan terhadap infrastruktur kritis, upaya merekrut anak-anak sebagai informan, dan penggunaan anak-anak sebagai tameng manusia.
Gaza saat ini menderita perang yang pecah setelah serangan besar-besaran Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.194 orang, sebagian besar warga sipil, menurut perhitungan AFP berdasarkan data resmi Israel.
Serangan balasan Israel telah menewaskan setidaknya 36.731 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas. Israel juga menahan dengan sengaja masuknya bantuan ke Gaza, menghalangi 2,4 juta orang di wilayah tersebut dari air bersih, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengungkap empat dari lima anak di Gaza tidak makan seharian setidaknya sekali dalam 72 jam terakhir. Menurut kantor media pemerintah Hamas, setidaknya 32 orang, banyak di antaranya anak-anak, telah meninggal karena kekurangan gizi sejak perang dimulai.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Haaretz / Yedioth Ahronoth