Hadapi Ancaman Rusia yang Makin Agresif, Jerman Perlu 75 Ribu Personel Militer Tambahan
Kompas dunia | 7 Juni 2024, 23:55 WIBBERLIN, KOMPAS.TV - Jerman memerlukan setidaknya 75.000 personel militer tambahan untuk memenuhi komitmen NATO, seiring aliansi ini menyesuaikan rencana pertahanannya menghadapi ancaman dari Rusia yang dipandang kaca mata Eropa sebagai semakin agresif.
Kebutuhan personel tambahan ini menjadi tantangan pemerintah Jerman yang sedang berusaha membiayai lonjakan anggaran pertahanan sejak serangan Rusia ke Ukraina. Mereka juga mempertimbangkan untuk mengembalikan beberapa bentuk layanan militer wajib.
Pada pertemuan puncak di Vilnius tahun lalu, para pemimpin NATO menyetujui rencana pertahanan utama pertama sejak akhir Perang Dingin, yang merinci bagaimana aliansi akan merespons serangan dari Rusia.
Langkah ini menandai perubahan besar karena NATO selama beberapa dekade fokus pada perang di Afghanistan dan Irak, dan menganggap Rusia pasca-Soviet bukan lagi ancaman besar.
Perencana militer NATO dan nasional sedang bekerja menerjemahkan rencana ini menjadi kebutuhan konkret, mengidentifikasi kekurangan personel, senjata, dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia yang, menurut pejabat militer Jerman, dapat terjadi paling cepat pada tahun 2029, seperti laporan Spiegel hari Jumat (7/6), seperti dikutip Straits Times.
Berdasarkan kebutuhan ini, sekutu-sekutu akan bernegosiasi untuk menentukan negara mana yang akan mengisi kekurangan kemampuan tertentu. Setelah tercapai kesepakatan, kebutuhan ini akan diubah menjadi target kemampuan baru NATO untuk masing-masing sekutu.
Kebutuhan baru NATO ini berarti bahwa angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr, akan memerlukan tambahan 75.000 personel militer untuk mengisi korps, divisi, dan brigade tambahan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana pertahanan, lapor Spiegel, mengutip dokumen rahasia.
Kementerian Pertahanan Jerman belum memberikan komentar resmi. Saat ini, Bundeswehr berkekuatan sekitar 180.000 personel tempur, masih kurang dari target sekitar 200.000 personel, serta 80.000 pegawai sipil.
Baca Juga: Ikuti Langkah AS, Berlin Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Bantuan Jerman untuk Serang Wilayah Rusia
Rencana yang Mahal
Pengeluaran pertahanan telah menjadi titik krusial bagi koalisi tiga partai yang dipimpin oleh Kanselir Olaf Scholz dalam pembahasan anggaran tahun depan.
Pada tahun 2022, Scholz mengumumkan dana sebesar 100 miliar euro untuk memperbarui militer. Jerman sekarang diprediksi akan memenuhi komitmen NATO untuk menghabiskan setidaknya 2% dari produk domestik bruto (PDB) untuk pertahanan, untuk pertama kalinya sejak akhir Perang Dingin.
Namun, setelah mengatasi masalah anggaran di awal tahun ini, pemerintah kembali berdebat tentang cara untuk terus mendanai militer setelah dana khusus 100 miliar euro habis.
Scholz telah mendukung menteri keuangannya yang menolak permintaan Menteri Pertahanan Boris Pistorius untuk menaikkan anggaran pertahanan, yang saat ini diperkirakan sebesar 52 miliar euro, sebesar 6,7 miliar euro tambahan pada tahun 2025.
Pistorius juga telah memberi tugas kepada kementeriannya untuk mengeksplorasi potensi model untuk mengembalikan bentuk layanan militer wajib.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Spiegel / Straits Times