Israel Serang Sekolah PBB Penuh Pengungsi di Gaza dan Tewaskan 27 Orang, Berdalih Markas Hamas
Kompas dunia | 6 Juni 2024, 13:56 WIBGAZA, KOMPAS.TV - Israel melakukan serangan udara ke sekolah PBB yang dipenuhi ratusan pengungsi di Gaza. Akibat serangan mematikan Israel tersebut sekitar 27 orang tewas.
Militer Israel berdalih bahwa serangan tersebut dilakukan karena sekolah PBB itu merupakan markas Hamas.
Baca Juga: Netanyahu Nyatakan Siap Gempur Lebanon, HRW Tuding Israel Gunakan Bom Fosfor Putih
Dilansir dari BBC Internasional, Kamis (6/6/2024), pesawat Israel menembakkan dua rudal ke kelas yang berada di lantai teratas sekolah yang berada di kamp pengungsi Nuseirat.
Kantor Media Hamas pun menuduh Israel telah melakukan pembantaian mengerikan.
Ambulans dan pegawai gawat darurat langsung membawa orang-orang yang cedera dan tewas ke rumah sakit terdekat.
Rekaman dari media sosial menunjukkan kelas-kelas yang sudah hancur. Jasad-jasad yang sudah ditutupi pun memenuhi kamar mayat.
Direktur Kantor Media Hamas Ismail Al-Thawabta membantah klaim Israel bahwa sekolah PBB tersebut sebagai pos komando tersembunyi Hamas.
“Pendudukan menggunakan cerita palsu yang telah direkayasa untuk menjustifikasi kejahatan brutal yang mereka lakukan terhadap puluhan orang yang dipindahkan,” katanya.
Pada pernyataannya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan jet tempur mereka telah melakukan serangan presisi ke markah Hamas yang berada di dalam sekolah UNRWA di area Nuseirat.
Mereka mengatakan telah membunuh anggota Hamas dan Jihad Islam yang ambil bagian dalam serangan 7 Oktober di selatan Israel.
Baca Juga: Uni Eropa Desak Israel dan Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata Gaza Usulan Biden
IDF mengaku telah melakukan langkah-langkah sebelum serangan udara untuk mengurangi risiko menyakiti warga sipil.
Militer Israel sendiri sebelumnya mengatakan telah melakukan kontrol operasional di kamp pengungsian di Bureij dan di Deir Al-Balah di Gaza tengah.
Namun, aksi militer tersebut membuat puluhan warga Palestina terbunuh.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC Internasional