> >

Narendra Modi, Pemimpin Populer namun Kontroversial India Perpanjang Kekuasaan, Ini Kiprahnya

Kompas dunia | 5 Juni 2024, 08:32 WIB
Narendra Modi memberikan salam saat pembukaan manifesto pemilu partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata di New Delhi, India, 14 April 2024. Perdana Menteri Narendra Modi yang populer namun terpolarisasi, yang telah memajukan nasionalisme Hindu di India, akan kembali untuk ketiga kalinya masa jabatan berturut-turut setelah meraih kemenangan dalam pemilihan umum (Sumber: AP Photo)

NEW DELHI, KOMPAS.TV - Perdana Menteri India Narendra Modi hari Selasa, 4/6/2024, mengklaim kemenangan aliansinya dalam pemilu yang dianggap sebagai referendum atas satu dekade kekuasaannya.

Modi, yang berusia 73 tahun, adalah pemimpin yang populer namun kontroversial. Dia telah memimpin ekonomi yang berkembang pesat sambil memajukan nasionalisme Hindu.

Modi adalah Perdana Menteri India kedua yang memenangkan masa jabatan ketiga berturut-turut.

Partainya yang nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP), gagal meraih mayoritas sendiri seperti yang dilakukan pada 2014 dan 2019. Namun, bersama dengan partai-partai lain dalam aliansinya, National Democratic Alliance (NDA), bloknya memenangkan cukup kursi untuk mayoritas tipis di parlemen, menurut data Komisi Pemilihan Umum hari Selasa, 4/6/2024.

Bagi para pendukungnya, Modi adalah figur besar yang telah meningkatkan posisi India di dunia, menjadikan ekonominya terbesar kelima di dunia, dan merampingkan program kesejahteraan yang melayani sekitar 60% populasi. Beberapa bahkan menganggapnya lebih dari manusia biasa.

Namun bagi para kritikus, dia adalah pemimpin yang merusak demokrasi India dan memajukan politik yang memecah belah, menargetkan Muslim yang mencapai 14% dari populasi.

Mereka juga mengatakan dia semakin menggunakan taktik keras untuk menekan lawan politik, membungkam media independen, dan memadamkan perbedaan pendapat.

Pemerintahan Modi menolak tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa demokrasi tetap berkembang.

Baca Juga: Pemilu India: Partai Narendra Modi Diprediksi Kesulitan Raih Mayoritas Mutlak

Narendra Modi diberi karangan bunga oleh pemimpin senior Partai Bharatiya Janata (BJP) Rajnath Singh, kiri, Presiden partai JP Nadda, kanan, dan Amit Shah, di markas besar partai di New Delhi, India, Selasa, 4 Juni 2024. (Sumber: AP Photo)

Para analis politik mengatakan kemenangan Modi didorong oleh program kesejahteraan sosial yang menyediakan manfaat dari makanan hingga perumahan, serta nasionalisme Hindu yang kuat yang mengonsolidasikan suara mayoritas Hindu untuk partainya. Hindu merupakan 80% dari populasi India.

Ekonomi India tumbuh sebesar 7% dan lebih dari 500 juta orang India membuka rekening bank selama masa jabatan Modi. Namun, menurut beberapa ekonom, pertumbuhan tersebut belum menciptakan cukup lapangan kerja, dan ketimpangan semakin buruk di bawah pemerintahannya.

Modi memulai kampanye pemilihannya dua bulan lalu dengan janji menjadikan India negara maju pada 2047 dan menyoroti kebijakan kesejahteraan serta infrastruktur digital yang kuat yang telah menguntungkan jutaan orang India.

Namun seiring berjalannya kampanye, dia semakin menggunakan retorika anti-Muslim, menyebut mereka sebagai "penyusup" dan mengacu pada klaim nasionalis Hindu bahwa Muslim melebihi jumlah populasi Hindu dengan memiliki lebih banyak anak. Modi juga menuduh oposisi memanjakan komunitas minoritas.

Kesalehan yang mencolok telah lama menjadi ciri khas Modi, tetapi dia juga mulai menyarankan bahwa dia dipilih oleh Tuhan.

Dalam wawancara televisi selama kampanye, dia mengatakan, "Ketika ibu saya masih hidup, saya percaya bahwa saya lahir secara biologis. Setelah dia meninggal, merenungkan semua pengalaman saya, saya yakin bahwa Tuhan telah mengirim saya."

Pada Januari, dia memenuhi ambisi lama nasionalis Hindu dengan memimpin pembukaan kuil kontroversial di lokasi bekas masjid yang diruntuhkan.

Setelah kampanye berakhir pekan lalu, Modi pergi ke situs spiritual Hindu untuk retret meditasi selama 45 jam yang disiarkan televisi. Sebagian besar saluran TV India menayangkan acara tersebut berjam-jam.

Baca Juga: Jutaan Orang Memilih di Pemilu India, Partai Modi Diprediksi Menang untuk Ketiga Kalinya

Pendukung Partai Bharatiya Janata (BJP) meneriakkan slogan-slogan saat merayakan keunggulan partainya dalam penghitungan suara di luar kantor partai di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Selasa, 4 Juni 2024. (Sumber: AP Photo)

Lahir pada tahun 1950 dari keluarga kasta rendah di negara bagian Gujarat, Modi muda bergabung dengan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), kelompok paramiliter sayap kanan yang telah lama dituduh memicu kebencian terhadap Muslim. RSS adalah induk ideologis dari BJP.

Putra penjual teh ini mendapatkan terobosan politik besar pertamanya pada tahun 2001, menjadi kepala menteri negara bagian asalnya, Gujarat. Beberapa bulan kemudian, kerusuhan anti-Muslim melanda wilayah tersebut, menewaskan sedikitnya 1.000 orang. Ada kecurigaan bahwa Modi diam-diam mendukung kerusuhan tersebut, tetapi dia membantah tuduhan tersebut.

Pada tahun 2005, AS mencabut visa Modi, mengutip kekhawatiran bahwa dia tidak bertindak untuk menghentikan kekerasan komunal. Sebuah investigasi yang disetujui oleh Mahkamah Agung India kemudian membebaskan Modi, tetapi noda dari momen kelam tersebut tetap ada.

Tiga belas tahun kemudian, Modi memimpin partai nasionalis Hindunya meraih kemenangan spektakuler dalam pemilu nasional 2014 setelah menjanjikan reformasi besar-besaran untuk menghidupkan kembali ekonomi India yang lesu.

Namun para kritikus dan lawan Modi mengatakan politik Hindu-pertama-nya telah menumbuhkan intoleransi, ujaran kebencian, dan serangan terang-terangan terhadap minoritas negara itu, terutama Muslim.

Beberapa bulan setelah memenangkan masa jabatan kedua pada 2019, pemerintahannya mencabut status khusus Kashmir yang diperebutkan, satu-satunya negara bagian mayoritas Muslim di India, dan membaginya menjadi dua wilayah yang dikelola secara federal.

Pemerintahannya mengesahkan undang-undang yang memberikan kewarganegaraan kepada minoritas agama dari negara-negara Muslim di kawasan itu tetapi mengecualikan Muslim.

Keputusan-keputusan ini membuat Modi sangat populer di kalangan pendukung setianya yang memujinya sebagai pahlawan mayoritas Hindu dan melihat India muncul sebagai negara mayoritas Hindu.

Modi telah menghabiskan hidup politiknya memanfaatkan ketegangan agama untuk keuntungan politik, kata Christophe Jaffrelot, ilmuwan politik dan ahli tentang Modi dan sayap kanan Hindu. Selama menjadi pemimpin negara bagian, dia merintis penerimaan nasionalisme Hindu yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam politik India.

“Gaya itu tetap ada. Itu ditemukan di Gujarat dan hari ini menjadi merek nasional," kata Jaffrelot.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU