Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf Muncul sebagai Bakal Capres Utama
Kompas dunia | 4 Juni 2024, 11:56 WIBDUBAI, KOMPAS.TV - Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf muncul sebagai bakal calon presiden (capres) paling menonjol dalam pemilihan presiden Iran yang akan digelar pada 28 Juni mendatang.
Pemilihan ini untuk memilih pengganti Ebrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.
Masuknya Qalibaf, mantan wali kota Teheran yang memiliki hubungan erat dengan Garda Revolusi Iran, membuatnya menjadi bakal capres terdepan.
Nama Qalibaf muncul sehari setelah mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad mendaftarkan diri sebagai bakal capres.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan pidato yang mengangkat kualitas Qalibaf, yang dinilai sebagai bentuk dukungannya.
Qalibaf, mantan jenderal Garda Revolusi, dikenal karena diduga terlibat dalam tindakan keras terhadap mahasiswa universitas Iran pada 1999 dan perintah penggunaan peluru tajam terhadap mahasiswa pada 2003 saat menjabat sebagai kepala polisi.
Peristiwa-peristiwa tersebut mungkin mempengaruhi pemilihan yang terjadi setelah bertahun-tahun kerusuhan di Iran, termasuk protes massal akibat kematian Mahsa Amini pada 2022.
Pemilihan ini juga berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Barat terkait program nuklir Iran, dukungan Iran untuk Rusia dalam perang di Ukraina, dan tindakan keras terhadap pembangkang.
Selain itu, dukungan Iran terhadap milisi proksi di Timur Tengah juga menjadi sorotan, terutama dengan serangan kelompok Houthi Yaman di Laut Merah terkait serangan Israel ke Gaza.
Baca Juga: Mahmoud Ahmadinejad Daftar Pilpres Iran 2024, Hubungannya dengan Khamenei Jadi Sorotan
Qalibaf, yang berusia 62 tahun, mendaftarkan diri sebagai bakal capres di Kementerian Dalam Negeri pada Senin (3/6/2024).
Dalam pernyataannya kepada media, ia mengatakan akan melanjutkan jalan yang sama dengan Raisi dan mendiang Jenderal Garda Revolusi Qassem Soleimani.
Dia menegaskan tidak akan membiarkan "kesalahan tata kelola" terus terjadi di negara itu, dan menyebut kemiskinan serta tekanan harga yang mempengaruhi rakyat Iran.
"Jika saya tidak mendaftar, pekerjaan yang telah kami mulai untuk menyelesaikan masalah ekonomi rakyat dalam pemerintahan rakyat (Raisi) dan parlemen revolusioner, dan sekarang berada pada tahap penyelesaian, akan tetap tidak selesai," kata Qalibaf.
Namun, dia tidak memerinci rencana tersebut, dan masih belum jelas apa yang akan dilakukannya, terutama dengan nilai mata uang Iran, rial, yang terus anjlok dan hampir mencapai 600.000 per dolar.
Seperti kandidat lainnya, Qalibaf menghindari diskusi langsung tentang kesepakatan nuklir yang buntu atau komentar terbaru oleh pejabat bahwa Iran diduga sedang membuat bom atom.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press