Inggris Sebut Sebuah Kapal Kargo Diserang di Laut Merah Dekat Yaman
Kompas dunia | 28 Mei 2024, 21:11 WIBDUBAI, KOMPAS.TV - Sebuah kapal kargo dilaporkan diserang di Laut Merah dekat pantai Yaman, Selasa (28/5/2024).
Perusahaan keamanan swasta, Ambrey, mengatakan komunikasi radio menunjukkan kapal tersebut mengalami kebocoran dan kemasukan air laut setelah terkena serangan.
Belum ada kelompok yang mengeklaim bertanggung jawab atas serangan ini, tetapi media Barat mencurigai kelompok Houthi di Yaman.
Houthi sebelumnya meluncurkan beberapa serangan yang menargetkan kapal-kapal yang diduga terkait dengan Israel yang melancarkan serangan ke Gaza yang kini telah menewaskan sedikitnya 36.000 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Detail lain tentang serangan yang dilaporkan terjadi oleh Pusat Operasi Perdagangan Maritim Inggris tersebut, belum tersedia.
Baca Juga: Militer AS Klaim Tembak Jatuh Rudal Anti-Kapal Houthi di Teluk Aden yang Menyasar Kapal Dagang AS
Kejadian itu dilaporkan terjadi di dekat kota pelabuhan Hudeida di Laut Merah bagian selatan, dekat Selat Bab el-Mandeb yang menghubungkannya dengan Teluk Aden.
Ambrey melaporkan, kapal tersebut menginformasikan lewat radio bahwa mereka “mengalami kerusakan pada lambung kargo dan kebocoran air.” Kapal tersebut diduga terkena serangan rudal.
Lokasi serangan sesuai dengan kapal pengangkut berbendera Kepulauan Marshall bernama Laax. Kapal tersebut dilaporkan sedang menuju Fujairah, Uni Emirat Arab.
Laax dikelola oleh Grehel Ship Management yang berbasis di Piraeus, Yunani. Associated Press melaporkan, seorang pria yang menjawab telepon di Grehel, menolak menjawab pertanyaan tentang serangan itu dan permintaan komentar melalui email tidak dibalas.
Houthi telah meluncurkan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga terkait dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden, dalam beberapa bulan terakhir.
Mereka menuntut agar Israel mengakhiri serangannya di Gaza dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah yang dihuni sekitar 2,3 juta warga Palestina yang telah berada di bawah blokade Israel sejak 2007.
Baca Juga: Houthi Yaman Klaim Tembak Jatuh Drone MQ-9 Reaper AS, Rekaman Tunjukkan Puing-Puing
Serangan Israel ke Gaza dilancarkan setelah militan yang dipimpin Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Israel mengeklaim serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan 250 orang dibawa ke Gaza.
Hamas mengatakan tawanan yang dibawa ke Gaza akan digunakan dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel yang menahan ribuan warga Palestina termasuk anak-anak dan perempuan. Sebagian warga Palestina itu ditahan tanpa dakwaan.
Menurut Administrasi Maritim Amerika Serikat, Houthi telah melancarkan lebih dari 50 serangan terhadap kapal, menahan satu kapal, dan menenggelamkan kapal lainnya sejak November 2023.
Pengiriman barang melalui Laut Merah dan Teluk Aden telah menurun karena ancaman ini. Dalam beberapa minggu terakhir, frekuensi serangan Houthi menurun, meskipun mereka mengeklaim menembak jatuh drone pengintai AS.
Baca Juga: Inggris: Serangan Rudal Houthi Yaman Hantam dan Rusak Kapal Komersial di Laut Merah
Yaman telah dilanda konflik sejak pemberontak menguasai ibu kota Sanaa, pada 2014. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi terlibat dalam konflik tersebut dan berada di pihak pemerintah Yaman yang diasingkan pada 2015.
Berbicara pada Selasa (28/5) di Dubai, perdana menteri dari pemerintah Yaman yang diakui secara internasional namun sedang dalam pengasingan, mendesak dunia untuk mengkaji ulang klaim Houthi yang mendukung Palestina melalui serangan mereka.
“Eksploitasi Houthi atas alasan yang sangat adil seperti perjuangan rakyat Palestina dan apa yang terjadi di Gaza adalah untuk menghindari manfaat perdamaian dan membawa kita pada komplikasi besar yang ada,” kata Ahmed Awad bin Mubarak di Forum Media Arab.
“Perdamaian adalah pilihan strategis. Kita harus mencapai perdamaian. Perang harus dihentikan. Ini adalah keharusan. Rakyat kita membutuhkan keamanan dan stabilitas. Kawasan itu sendiri membutuhkan stabilitas.”
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : KOMPAS TV, Associated Press