> >

Toyota Pamerkan Mesin Kendaraan Berbahan Bakar Ramah Lingkungan

Kompas dunia | 29 Mei 2024, 05:15 WIB
Koji Sato, CEO Toyota Motor Corp., berbicara dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang, Selasa (28/5/2024). Toyota memperkenalkan rencananya untuk menghadirkan mesin yang ramah lingkungan. (Sumber: AP Photo)

Mazda mengatakan mesin rotari andalannya, yang diperkenalkan lebih dari 50 tahun lalu, sedang disesuaikan untuk kendaraan listrik.

Baca Juga: Insentif Mobil Hibrida Masih Dikaji, Jokowi: Pelan-Pelan Ini Baru Mulai

Sementara Subaru memamerkan mesin ringkas khasnya yang dipasang secara horizontal. Chief Technology Officer Subaru, Tetsuro Fujinuki, mengatakan pihaknya sedang mengembangkan kendaraan listrik khas Subaru. Namun tidak akan sepenuhnya meninggalkan mesin bensin.

Toyota juga sedang mengembangkan BEV yang gaya.

Para eksekutif mengatakan kondisi pasokan energi berbeda di setiap negara, sehingga produk harus memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan dan investasi besar dibutuhkan untuk memproduksi BEV secara massal.

Pejabat Toyota juga berulang kali menekankan 5,5 juta pekerjaan di rantai pasokan produksi kendaraan di Jepang saat ini dipertaruhkan. Karena itu, mereka menilai peralihan mendadak ke mobil listrik tidak mungkin dilakukan secara ekonomi atau sosial.

Takahiro Fujimoto, profesor bisnis di Universitas Waseda, percaya kendaraan listrik adalah solusi kunci untuk mengurangi emisi.

Namun, kendaraan listrik masih memiliki kelemahan, seperti emisi besar yang dihasilkan saat membuat baterai lithium-ion, komponen utamanya.

Menurut Fujimoto, di Jepang, banyak orang menggunakan kereta untuk bepergian, yang mungkin menjadi pilihan transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: BMW Investasi Rp11,5 T untuk Buat Merek MINI Jadi Mobil Listrik di 2030

“Paling tidak, saya percaya bahwa proliferasi dan inovasi dalam BEV sangat dibutuhkan. Tapi argumen itu tidak sama dengan mengatakan bahwa kita hanya membutuhkan BEV,” ujarnya.

Ia mengatakan masih ada ketidakpastian yang mencakup penelitian dan pengembangan, serta kondisi sosial, politik, dan pasar.

“Netralitas karbon yang dunia harapkan tidak mungkin tercapai dalam beberapa dekade mendatang. Ini akan menjadi perlombaan maraton yang panjang,” katanya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU