> >

Pilot Senior Sebut Turbulensi Ekstrem Singapore Airlines Kemungkinan Clear Air Turbulence, Apa Itu?

Kompas dunia | 22 Mei 2024, 23:06 WIB
Pesawat Boeing 777-312ER Singapore Airlines saat lepas landas dari Lapangan Udara Paine di Everett, Washington, Amerika Serikat (AS) pada 17 September 2013. (Sumber: Elaine Thompson/Associated Press)

Gerry menyoroti penerbangan panjang SQ321 yang memakan waktu tempuh 11 jam dari London ke Singapura. Menurutnya, saat penerbangan panjang, penumpang cenderung melepaskan sabuk pengaman dan tidur.

“Lagi tidur, kebanyakan lepas seatbelt. Bisa saja pilotnya sudah nyalakan lampu seatblet tapi karena banyak yang tidur jadi nggak tahu,” katanya.

Gerry menambahkan, di sekitar lokasi turbulensi SQ321 memang kerap terjadi clear air turbulence. SQ321 sendiri mengalami turbulensi ekstrem saat melintas di atas Laut Andaman, perairan dekat Myanmar dan Teluk Bengal atau Benggala.

"Di daerah Teluk Bengal, di daerah Myanmar itu memang kondisinya biasanya banyak awan badai tapi jauh-jauh. Dan memang secara random ada clear air turbulence tersebut. Saya dalam 10 tahun terakhir kalau terbang lewat Teluk Bengal nggak pernah nggak kena turbulence,” katanya.

Turbulensi ekstrem Singapore Airlines SQ321 diketahui menewaskan satu penumpang dan menyebabkan 79 penumpang dan awak luka-luka.

Penumpang yang meninggal bernama Geoffrey Kitchen, pria berusia 73 tahun asal Inggris Raya. Kitchen diduga mengalami serangan jantung dan dalam perjalanan berlibur ke Indonesia saat naik pesawat tersebut.

Baca Juga: Pesawat Singapore Airlines SQ321 Alami Turbulensi Parah, Satu Penumpang Tewas Lainnya Luka-Luka

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU