> >

Bungkam soal Gaza, Taylor Swift hingga Kim Kardashian Jadi Target Blokir Massal di Medsos

Kompas dunia | 14 Mei 2024, 20:39 WIB
Penyanyi Amerika Serikat, Taylor Swift, tampil dalam konser The Eras Tour di SoFi Stadium di Los Angeles, Amerika Serikat, Senin, 7 Agustus 2023. (Sumber: AP Photo/Chris Pizzello)

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Warganet mulai menyuarakan aksi blokir massal di media sosial terhadap selebritas yang dinilai tidak bersuara soal serangan Israel ke Gaza atau insensitif terhadap isu tersebut.

Seruan pemblokiran disuarakan seiring gerakan protes yang semakin masif menentang serangan Israel ke Gaza di berbagai penjuru dunia.

Kampanye ini mulai disuarakan secara masif di platform TikTok, Instagram, dan X usai acara Met Gala di New York pada 6 Mei lalu.

Kampanye warganet ini memunculkan sederet daftar blokir yang berisi selebritas Barat tersohor.

Saat Met Gala digelar, banyak warganet yang marah dengan gambar-gambar selebritas yang tersebar di media sosial.

Mereka mengkritik pesohor yang mengenakan busana mewah, tetapi tidak pernah bersuara soal serangan Israel yang tengah berlangsung dan telah membunuh lebih dari 35.000 orang, padahal mereka punya jumlah pengikut yang banyak.

Baca Juga: Palestina Peringati 76 Tahun Nakba di Tengah Pembantaian di Gaza

Salah satu selebritas yang dikecam usai Met Gala adalah Haley Kalil, pesohor TikTok asal Amerika Serikat (AS).

Kalil yang juga dikenal sebagai Haley Baylee, ramai-ramai dikecam usai berucap "biarkan mereka makan kue" dalam kontennya yang dibuat di Met Gala.

Kata-kata tersebut identik dengan Marie Antoinette, istri Louis XVI yang dieksekusi dalam Revolusi Prancis 1789-1799.

Banyak warganet yang marah karena video itu dibuat Kalil saat sekitar 1,1 juta penduduk Gaza terancam kelaparan.

Warganet pun mulai mengambil referensi dari Revolusi Prancis dalam gerakan ini, memunculkan istilah "digitine" atau "guillotine digital" untuk "mengeksekusi" akun media sosial seleb.

Gerakan warganet ini juga dikenal sebagai Blockout 2024.

Warganet kemudian membuat daftar blokir terkait gerakan ini, di antaranya memuat nama-nama seperti Gal Gadot, Kim Kardashian, Zendaya, Taylor Swift, Noah Schnapp, dan Harry Styles.

Pengajar di Universitas Northwestern di Qatar, Eddy Borges-Rey, yang meneliti algoritma media sosial menyebut gerakan pemblokiran ini lebih efektif dibanding berhenti mengikuti (unfollow) selebritas.

Menurutnya, blokir massal dapat memengaruhi jangkauan konten-konten selebritas di media sosial.

Hal ini disebutnya dapat berpengaruh pada ketertarikan pengiklan menggandeng selebritas tersebut.

Polisi mengiringi seorang Yahudi ultra-Ortodoks pro-Palestina usai ditahan akibat berdemonstrasi di dekat lokasi Met Gala di New York, Amerika Serikat (AS), 6 Mei 2024. (Sumber: Andres Kudacki/Associated Press)

"Selebritas media sosial sangat bergantung pada visibilitas yang tinggi dan interaksi untuk menarik dan menjaga kerja sama dengan pengiklan," kata Borges-Rey, seperti dilansir Al Jazeera, Senin (13/5/2024).

Jika diblokir secara massal, konten-konten dari media sosial selebritass disebut tidak akan diproritaskan oleh algoritma media sosial.

Menurut Borges-Rey, semakin banyak diblokir, jangkauan akun media sosial selebritas akan semakin berkurang.

"Berkurangnya visibilitas dapat membuat pengiklan memandang selebritas tersebut kurang bernilai, berpotensi mengurangi uang yang mau mereka bayarkan kepada selebritas itu, demikian secara langsung memengaruhi pendapatan iklan mereka," katanya.

Baca Juga: AS Sebut Ada Kemungkinan Israel Gunakan Senjata Amerika untuk Langgar Hukum Internasional di Gaza

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Al Jazeera


TERBARU