> >

Serangan Israel ke Rafah: Keluarga Palestina Berulang Kali Mengungsi karena Tak Ada Tempat Aman

Kompas dunia | 8 Mei 2024, 15:02 WIB
Tim medis Palestina menangani seorang bocah perempuan yang terluka akibat serangan Israel di Jalur gaza di Rumah Sakit Kuwait di kamp pengungsi Rafah di selatan Jalur Gaza, Selasa, 7 Mei 2024. (Sumber: AP Photo/Ramez Habboub)

 

GAZA, KOMPAS.TV - Keluarga-keluarga Palestina yang mengungsi di Rafah terpaksa mengungsi lagi usai Israel meluncurkan operasi militer ke daerah paling selatan Jalur Gaza tersebut.

Pengungsi Palestina mesti mengungsi lagi untuk menghindari serangan Israel yang dapat membunuh mereka.

Rafah dilaporkan dipadati sekitar 1,5 juta penduduk Palestina saat Israel menyerang. Banyak di antara mereka berasal dari tengah dan utara Jalur Gaza yang lebih dulu diserang pasukan darat Israel.

Baca Juga: Israel Gempur Rafah yang Dipadati 1,5 Juta Penduduk, MSF: Bisa Berubah Jadi Kuburan

Seorang warga Palestina dari timur Gaza, Mohammad Al-Ghul, mengaku terpaksa mengungsi dari Rafah karena serangan Israel.

Ia mengatakan telah lima kali mengungsi sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.

"Saya mengungsi dari Shujayea ke Nuseirat, lalu ke Deir Al-Balah, lalu ke Rafah, dan ini akan menjadi pengungsian kelima," kata Al-Ghul, seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (8/5/2024).

"Kami tidak tahu harus ke mana. Situasinya buruk. Kami tidak cukup tidur pada malam hari karena bom-bom diluncurkan di atas kepala kami."

Pengungsi Palestina lain di Rafah, Emad, menyebut masa depan orang-orang di Jalur Gaza tidak jelas.

Ia mengaku kebingungan mencari tempat aman di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang telah diblokade Israel sejak 2007 dan mengurung jutaan orang di enklave tersebut.

"Keluarga saya terdiri dari empat orang, ada empat orang lain dari keluarga saudara saya, totalnya delapan. Ke mana kami harus pergi?" kata Emad.

"Saya bahkan belum membereskan tenda saya. Kami butuh uang untuk membawanya."

Pasukan Israel sejak awal pekan ini mengebom sejumlah titik di timur Rafah dan menutup titik penyeberangan antara Gaza dan Mesir.

Penutupan ini membuat arus bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza yang terancam kelaparan terhenti.

Kendati diprotes berbagai pihak, termasuk sekutu-sekutu Israel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu nekat menyerang Rafah yang dipadati pengungsi. Netanyahu mengeklaim Rafah menjadi basis kekuatan Hamas.

Baca Juga: Pemerintah RI Kecam Serangan Israel ke Rafah: Hentikan Kejahatan Brutal Israel

Dilansir Al Jazeera, per 7 Mei 2024 pukul 15.20 WIB, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan sedikitnya 34.789 orang termasuk lebih dari 14.500 anak-anak.

Sementara sedikitnya 78.204 orang terluka, dan lebih dari 8.000 orang dinyatakan hilang.

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Al Jazeera


TERBARU