Rusia Ancam Serang Fasilitas Militer Inggris jika Senjatanya Dipakai Ukraina untuk Menyerang
Kompas dunia | 7 Mei 2024, 00:35 WIBMOSKOW, KOMPAS TV - Rusia hari Senin, 6/5/2024, mengancam akan menyerang fasilitas militer Inggris jika militer Ukraina melakukan serangan terhadap tanah dan wilayah Rusia dengan senjata yang dipasok oleh Inggris.
Setelah memanggil duta besar Inggris ke Kementerian Luar Negeri, Moskow memperingatkan bahwa serangan Ukraina terhadap wilayah Rusia dengan senjata Inggris akan hasilkan serangan balasan atas fasilitas militer Inggris di Ukraina atau di tempat lain.
Peringatan tersebut disampaikan menjelang pelantikan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk masa jabatan kelima dan dalam seminggu di mana Moskow akan merayakan Hari Kemenangan pada hari Kamis, hari libur sekuler paling penting mereka, yang menandai kekalahan mereka atas Jerman Nazi dalam Perang Dunia II.
Rusia juga menyatakan akan mengadakan latihan yang mensimulasikan penggunaan senjata nuklir taktis di tengah ketegangan yang meningkat tajam atas komentar pejabat senior Barat tentang kemungkinan keterlibatan lebih jauh dalam perang di Ukraina. Latihan tersebut merupakan tanggapan terhadap "pernyataan provokatif dan ancaman dari beberapa pejabat Barat terkait Rusia," demikian disampaikan oleh Kementerian Pertahanan.
Ini adalah pertama kalinya Rusia secara publik mengumumkan latihan yang melibatkan senjata nuklir taktis, meskipun pasukan nuklir strategisnya secara teratur mengadakan latihan. Senjata nuklir taktis mencakup bom udara, hulu ledak untuk misil jarak pendek, dan amunisi artileri yang dimaksudkan untuk digunakan di medan perang. Mereka kurang kuat dibanding senjata strategis — hulu ledak besar yang dipasang pada rudal balistik antarbenua dan dimaksudkan untuk menghancurkan seluruh kota.
Pernyataan Rusia merupakan peringatan kepada sekutu-sekutu Ukraina di Barat tentang menjadi lebih terlibat dalam perang yang berusia 2 tahun itu, di mana pasukan Kremlin telah mendominasi mengingat kekurangan tenaga kerja dan senjata Ukraina. Beberapa mitra Ukraina di Barat sebelumnya telah menyatakan kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat meluas ke luar Ukraina menjadi perang antara NATO dan Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengulangi pekan lalu bahwa dia tidak mengecualikan pengiriman pasukan ke Ukraina, dan Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan pasukan Kyiv akan dapat menggunakan senjata jarak jauh Inggris untuk menyerang target di dalam Rusia. Beberapa negara NATO lain yang memberikan senjata kepada Kyiv menolak kemungkinan itu.
Kremlin menilai komentar-komentar tersebut sebagai berbahaya, meningkatkan ketegangan antara Rusia dan NATO. Perang tersebut telah menimbulkan ketegangan yang signifikan dalam hubungan antara Moskow dan Barat.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Senin bahwa pernyataan terbaru Macron dan pernyataan lain oleh pejabat Inggris dan AS telah memicu latihan nuklir.
"Ini adalah babak baru eskalasi," kata Peskov, merujuk pada apa yang dianggap Kremlin sebagai pernyataan provokatif. "Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan memerlukan perhatian khusus dan langkah-langkah khusus."
Baca Juga: Jawab Provokasi Prancis dan Inggris, Rusia Langsung Umumkan Latihan Tempur Senjata Nuklir Taktis
Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil duta besar Prancis dan Inggris. Mereka menyerukan kepada duta besar Inggris "untuk memikirkan konsekuensi bencana yang tak terelakkan dari langkah-langkah yang bermusuhan dari London."
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billström mengatakan latihan nuklir tersebut "berkontribusi pada peningkatan ketidakstabilan."
"Dalam situasi keamanan saat ini, tindakan Rusia mungkin dianggap terutama tidak bertanggung jawab dan gegabah," kata Billström kepada agensi berita Swedia TT.
Dmitry Medvedev, wakil kepala Dewan Keamanan Rusia yang dipimpin oleh Putin, mengatakan dengan gaya khasnya yang keras bahwa komentar-komentar Macron dan Cameron berisiko mendorong dunia yang bersenjata nuklir menuju "bencana global."
Ini bukan pertama kalinya dukungan militer Eropa untuk Ukraina telah memicu ancaman menggunakan senjata nuklir. Pada Maret 2023, setelah Inggris memutuskan untuk memberikan Ukraina proyektil penembus zirah yang berisi uranium yang dipaup, Putin mengatakan dia bermaksud untuk mendeploy senjata nuklir taktis di wilayah Belarus, tetangga Ukraina.
Kementerian mengatakan latihan tersebut dimaksudkan untuk "meningkatkan kesiapan pasukan nuklir non-strategis untuk melaksanakan tugas-tugas tempur" dan akan diadakan atas perintah Putin. Manuver-manuver tersebut akan melibatkan unit misil Distrik Militer Selatan bersama dengan Angkatan Udara dan Angkatan Laut, demikian disampaikan oleh kementerian tersebut.
Pengumuman Rusia tidak menimbulkan reaksi berarti di Ukraina, di mana juru bicara Badan Intelijen Militer, Andrii Yusov, mengatakan di televisi nasional: "Pengancaman nuklir adalah praktik biasa rezim Putin; itu bukan berita utama."
Pejabat Barat telah menyalahkan Rusia karena mengancam perang yang lebih luas melalui tindakan provokatif. Negara-negara NATO mengatakan pekan lalu bahwa mereka sangat prihatin dengan kampanye aktivitas hibrida di wilayah aliansi militer tersebut, menuduh Moskow sebagai pelakunya dan mengatakan aktivitas tersebut merupakan ancaman keamanan.
Baca Juga: Prancis Janji Kirim Pasukan Bantu Ukraina Lawan Rusia, tapi Ada 2 Syaratnya
Peskov menolak klaim-klaim tersebut sebagai "tuduhan baru yang tidak berdasar yang dilontarkan kepada negara kami."
Jerman mengatakan pada hari Senin bahwa mereka memanggil kembali duta besarnya di Rusia untuk seminggu konsultasi di Berlin menyusul serangan komputer yang diduga terjadi pada partai Kanselir Olaf Scholz.
Sementara itu, drone Ukraina menyerang dua kendaraan pada hari Senin di wilayah Belgorod Rusia, membunuh enam orang dan melukai 35 lainnya, termasuk dua anak-anak, kata otoritas setempat. Wilayah tersebut telah diserang oleh pasukan Kyiv dalam beberapa bulan terakhir.
Salah satu kendaraan adalah sebuah minibus yang membawa pekerja pertanian, kata Gubernur Belgorod Vyacheslav Gladkov.
Tidak mungkin untuk mengkonfirmasi laporan tersebut secara independen.
Meskipun pasukan Ukraina sebagian besar terpaku di garis depan sepanjang 1.000 kilometer (600 mil) karena kekurangan pasukan dan amunisi setelah lebih dari dua tahun pertempuran, mereka telah menggunakan kekuatan tembak jarak jauh mereka untuk menyerang target jauh di dalam Rusia.
Dalam apa yang sebagian besar merupakan perang attrisi, Rusia juga sangat mengandalkan misil jarak jauh, artileri, dan drone untuk menimbulkan kerusakan pada Ukraina.
Pasukan Kremlin terus melakukan serangan terhadap jaringan listrik Ukraina, dengan serangan drone Rusia pada malam hari menargetkan infrastruktur energi di wilayah utara Ukraina, Sumy. Otoritas regional mengatakan bahwa beberapa kota dan desa di wilayah tersebut, termasuk Sumy, kehilangan daya listrik.
Rusia menyerang target Ukraina dengan 13 drone Shahed semalaman, 12 di antaranya diintersep di wilayah Sumy, kata angkatan udara Ukraina.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press