Angka Pasien Anak Dirawat Inap karena Vape dan Rokok Elektrik Melonjak 733 persen di Inggris
Kompas dunia | 24 April 2024, 03:00 WIBPerdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, pada Januari lalu mengumumkan larangan penjualan vape sekali pakai di seluruh Inggris sebagai upaya untuk menghadapi peningkatan yang mengkhawatirkan jumlah pengguna vape di kalangan remaja.
Menurut pernyataan resmi pemerintah Inggris, langkah ini diambil untuk menanggapi pertumbuhan yang mengkhawatirkan dari penggunaan vape di kalangan remaja.
Di Inggris, dilaporkan bahwa jumlah pengguna vape berusia 11 hingga 17 tahun yang menggunakan vape sekali pakai telah meningkat hampir sembilan kali lipat dalam dua tahun terakhir.
Selain melarang penjualan vape sekali pakai, undang-undang baru ini juga akan melarang penjualan produk tembakau kepada siapa pun yang lahir pada atau setelah 1 Januari 2009. Kebijakan ini merupakan bagian dari komitmen Sunak untuk menciptakan "generasi bebas rokok" di Inggris.
Baca Juga: Tak Hanya bagi Perokok, Uap Vape Ternyata Juga Berbahaya untuk Orang di Sekitarnya
Pada bulan Oktober 2023, Sunak sebelumnya mengusulkan untuk meningkatkan usia minimal untuk merokok setiap tahun, yang mengindikasikan bahwa tembakau tidak akan pernah dijual secara legal kepada anak-anak berusia 14 tahun ke bawah.
Untuk mengurangi penjualan kepada mereka yang di bawah umur, pemerintah Inggris akan menerapkan denda baru bagi toko-toko di Inggris dan Wales yang menjual vape secara ilegal kepada anak-anak.
Baca Juga: Pajak Rokok Elektrik 10 Persen Mulai Berlaku, Harga Vape akan Ikutan Naik
"Seperti yang diketahui orang tua atau guru, salah satu tren yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah meningkatnya penggunaan vaping di kalangan anak-anak, jadi kita harus bertindak sebelum penyakit ini menjadi endemik," kata Sunak dalam pernyataan yang dikutip dari BBC.
Inggris bergabung dengan sejumlah negara yang telah melarang vape sekali pakai, termasuk Australia, Prancis, Jerman, dan Selandia Baru, meskipun hanya Selandia Baru yang telah menerapkannya sejauh ini.
Meskipun demikian, beberapa pihak berpendapat bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Inggris belum cukup untuk menurunkan angka penggunaan vape atau rokok elektrik.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : New York Post / Sputnik / BBC