Makin Kehabisan Tentara, Zelenskyy Teken UU Wajib Militer Kontroversial demi Hadapi Serangan Rusia
Kompas dunia | 17 April 2024, 07:58 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy hari Selasa, 16/4/2024, menandatangani undang-undang mobilisasi tentara yang memicu kontroversi.
Undang-undang ini disahkan beberapa hari setelah disetujui oleh parlemen, dengan harapan dapat membantu Ukraina meningkatkan jumlah wajib militer guna melengkapi pasukannya yang terkuras demi menghadapi serangan terus-menerus dari Rusia.
Undang-undang mobilisasi, yang telah dipublikasikan di situs web Parlemen Ukraina, dijadwalkan akan mulai berlaku dalam waktu sebulan dan akan mempermudah identifikasi setiap pria dewasa yang masuk kategori wajib militer di negara tersebut.
Selama ini banyak di antara warga Ukraina yang mencoba menghindari wajib militer dengan menghindari kontak dengan otoritas setempat.
Selain itu, undang-undang ini juga menawarkan insentif kepada para prajurit, seperti bonus tunai atau bantuan keuangan untuk membeli rumah atau mobil. Namun, beberapa analis menilai Ukraina mungkin tidak mampu membiayai insentif tersebut.
Ukraina berjuang keras menahan serangan Rusia dan saat ini mulai kekurangan prajurit untuk dikirim ke garis depan. Sejak serangan skala besar dimulai pada Februari 2022, Rusia berhasil merebut hampir seperempat wilayah Ukraina.
Dalam situasi di mana pasukan Ukraina jumlahnya lebih sedikit, perlengkapan senjata kurang memadai, dan kebutuhan akan pasukan dan amunisi semakin mendesak, wacana tentang bantuan militer dari negara-negara Barat pun semakin meragukan.
Baca Juga: Panglima Militer Ukraina Akui Situasi Front Timur Memburuk, Rusia Tingkatkan Serangannya
Namun, UU yang disahkan ini mengalami penyesuaian dari rancangan awalnya. Salah satu ketentuan yang tidak dimasukkan adalah rotasi prajurit yang telah bertugas selama 36 bulan di garis depan.
Pihak berwenang menyatakan sebuah undang-undang terpisah mengenai demobilisasi dan rotasi prajurit akan disusun dalam beberapa bulan mendatang.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press