Bentrok di Myanmar, Bendera Pemberontak Karen Berkibar di Pangkalan Militer
Kompas dunia | 16 April 2024, 07:39 WIBMYAWADDY, KOMPAS.TV - Pasukan pemberontak Myanmar hari Senin, (15/4/2024) membakar bendera junta militer Myanmar dan mengibarkan bendera mereka sendiri di sebuah pangkalan militer yang baru saja direbut. Sementara seorang komandan pemberontak senior bersumpah mereka akan mempertahankan wilayah strategis dekat perbatasan Thailand itu.
Perayaan oleh para pejuang yang terkait dengan Kelompok Etnis Bersenjata Karen National Union (KNU) datang kurang dari seminggu setelah penaklukan Myawaddy, sebuah kota perdagangan kunci di perbatasan barat Thailand.
Direbutknya Myawaddy menandai kekalahan medan pertempuran lain bagi rezim militer yang kuat yang merebut kendali pada tahun 2021 dari pemerintah terpilih yang dipimpin oleh penerima Nobel Aung San Suu Kyi, yang masih ditahan.
Kemarahan yang mereda terhadap junta berubah menjadi gerakan perlawanan bersenjata nasional yang sekarang beroperasi dengan koordinasi bersama kelompok pemberontak etnis yang sudah mapan untuk menantang militer di sebagian besar wilayah Myanmar.
Sejak Oktober lalu, tentara kehilangan kendali atas wilayah kunci di dekat perbatasannya dengan India dan China kepada koalisi longgar pasukan perlawanan yang bersekutu. Kehilangan Myawaddy di perbatasan Thailand bisa lebih merusak pendapatan perdagangan bagi junta.
Dalam wawancara langsung yang jarang terjadi, Kolonel Nadah Htoo, komandan operasional Brigade 6 sayap militer KNU yang merebut pangkalan militer, mengatakan pasukan junta telah mencoba dan gagal merebut kembali wilayah tersebut.
"Mereka gagal dalam melakukan terobosan dua kali," katanya.
Dia menambahkan para pemberontak mengendalikan sebagian besar wilayah dan akan terus mengkonsolidasikan otoritas sebelum menyerahkan administrasi kepada sayap politik KNU, "Operasi militer kami akan berakhir pada akhir April," katanya.
Juru bicara pemerintah militer tidak menjawab panggilan pada hari Senin.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Terdesak, Alami Kekalahan Besar dari Pasukan Perlawanan di Perbatasan Thailand
Dihadapkan dengan serangan pemberontak, beberapa ratus prajurit junta yang bertugas untuk mempertahankan Myawaddy mundur dari posisi mereka, dengan kurang dari 200 orang mundur ke dekat jembatan yang menghubungkan kota Myanmar dengan Mae Sot Thailand.
Prajurit ini harus menyerah kepada otoritas Thailand atau kepada KNU, jika gagal mereka bisa menjadi target pasukan perlawanan, kata Nadah Htoo.
Menteri Luar Negeri Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara mengatakan pekan lalu bahwa prajurit junta akan diizinkan menyeberangi perbatasan jika mereka menyerahkan senjata dan meminta suaka.
Pemimpin junta Min Aung Hlaing mengatakan dalam pidatonya bulan lalu bahwa pasukan yang melawan militer "menghancurkan jalan menuju pembentukan Perserikatan yang didasarkan pada nilai-nilai demokratis dan federalisme".
Tetapi bagi pasukan perlawanan yang bersekutu di Myawaddy, Senin adalah hari untuk merayakan.
"Kami sangat senang revolusi kami telah sampai sejauh ini. Jika kami bisa merebut lebih banyak pangkalan militer Myanmar, kami akan mencapai tujuan kami (untuk menggulingkan junta)," kata Myo Myint Keyaw, seorang pejuang berusia 26 tahun dalam Pasukan Pertahanan Rakyat, milisi yang bersekutu dengan pejuang KNU.
Sementara para pemberontak merayakan, para reporter di Myawaddy bisa mendengar serangan udara saat pertempuran berkecamuk di garis depan sekitar 40 km ke barat, di mana pasukan bantuan junta mencoba merebut kembali wilayah tersebut.
Rumah dan bangunan yang terbakar dan berlubang peluru terlihat di dekat pangkalan militer yang direbut, di mana anjing liar berkeliaran di antara bangunan kosong.
Pada hari Minggu, juru bicara KNU mengatakan para pemberontak telah menghalau upaya militer kedua untuk menembus garis mereka dan maju ke Myawaddy.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Straits Times