> >

Netanyahu Makin Diserang Oposisi Israel: Pemerintahannya Harus Pergi

Kompas dunia | 1 April 2024, 14:25 WIB
Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv, Israel, pada 24 Desember 2023. (Sumber: AP Photo)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu semakin diserang oleh oposisinya karena kegagalan membebaskan sandera di Gaza sejak 7 Oktober.

Pemimpin oposisi Israel itu tak lain adalah Yair Lapid. Pada Minggu (31/3/2024) lalu, ia mengatakan pemerintahan Netanyahu harus segera pergi.

Ia pun menegaskan, pemerintahan Netanyahu telah gagal karena mereka tak bisa menyelamatkan sandera Israel yang ditahan Hamas.

Baca Juga: Israel Ganggu UNRWA, Ajukan Proposal Agar Badan PBB untuk Pengungsi  Palestina Itu Dibubarkan

“Satu demi satu, para menteri pemerintah yang mengudara pagi ini dan menyerang keluarga dari para sandera,” tulis Lapid di media sosial X dikutip dari Middle East Monitor.

“Apa Anda sudah gila. Perempuan muda, prang tua, anak-anak diculik di hadapan Anda. Selama setengah tahun, Anda gagal membawa mereka pulang, dan Anda menyalahkan keluarga mereka?” tambahnya.

“Pemerintahan kehancuran harus pergi, Pemilihan umum sekarang,” tutur Lapid.

Pernayataan Lapid itu membalas kritikan yang dilaontarkan Menteri Warisan Amichay Eliyah.

Eliyahu mengkritik keluarga para sandera, setelah demonstrasi besar-besaran yang mereka gelar Sabtu (30/3/2024).

Para keluarga sandera meminta pemerintahan Netanyahu untuk mundur karena ketidakmampuan mereka.

Baca Juga: Pilkada Turki Hantam Erdogan, Oposisi Menang di Kota-Kota Besar

“Demonstrasi di Ayalon penuh kekerasan. Bagi Hamas, ini hadiah. Ini memiliki dampak berbeda, dan memperlemah tentara di front,” ujar Eliyahu.

Hamas telah menyandera sekitar 250 warga Israel, usai melakukan aksi ke sebelah selatan negara Zionis itu.

Sekitar 105 sandera Israel dilepaskan Hamas, usai dilakukan pertukaran sandera dan gencatan senjata sementara yang dilakukan pada November lalu.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : Middle East Monitor


TERBARU