Kesaksian Tim Dokter Internasional yang Masuk Gaza: Ini Sangat Menyedihkan
Kompas dunia | 28 Maret 2024, 23:25 WIBSekarang terdapat sekitar 800 pasien, namun banyak dari 120 staf rumah sakit itu tidak lagi bisa datang untuk bekerja.
Para pekerja kesehatan menghadapi perjuangan harian yang sama seperti orang-orang lain di Gaza dalam mencari makanan untuk keluarga dan berusaha memastikan keamanan mereka.
Banyak yang membawa anak-anak mereka ke rumah sakit untuk menjaga mereka tetap dekat, kata Abu Qassim.
"Ini sangat menyedihkan," tuturnya.
Ribuan orang yang terusir dari rumah mereka oleh perang juga tinggal di halaman rumah sakit, berharap tempat itu akan aman.
Meskipun rumah sakit memiliki perlindungan khusus di bawah hukum internasional, tetapi perlindungan tersebut dapat dicabut jika pihak yang berperang menggunakannya untuk tujuan militer.
Baca Juga: 12 Warga Palestina Tewas Tenggelam Usai Berusaha Ambil Bantuan AS yang Mendarat di Laut
Israel telah menuduh rumah sakit di Gaza berfungsi sebagai pusat komando, fasilitas penyimpanan senjata, dan tempat persembunyian untuk Hamas, tanpa menyajikan bukti visual yang cukup. Hamas telah membantah tuduhan tersebut.
Israel telah melakukan operasi skala besar terhadap rumah sakit terbesar di Gaza, RS Al-Shifa, selama seminggu terakhir.
Pasukan Israel mengeklaim tidak pernah menyerbu atau mengepung RS Martir Al-Aqsa tetapi menyerang daerah sekitarnya, kadang-kadang menyerang dekat dengan rumah sakit tersebut.
Pada Januari lalu, banyak dokter, pasien, dan warga Palestina yang mengungsi ke rumah sakit tersebut, terpaksa melarikan diri setelah serentetan serangan.
Pemboman dan serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 32.500 warga Palestina dan melukai hampir 75.000 lainnya di wilayah yang berpenduduk 2,3 juta orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Serangan Israel terbaru ke Gaza dimulai pada 7 Oktober setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan militan lainnya menyerang selatan Israel.
Israel mengeklaim serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 250 orang ditangkap Hamas dan di bawa ke Gaza, wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007.
Israel mengeklaim sekitar 100 orang masih ditahan di Gaza, di mana jutaan warga Palestina telah terkurung sejak 2007 akibat blokade laut, darat, dan udara yang diterapkan Israel.
Hamas menyatakan orang-orang yang mereka tangkap dan bawa ke Gaza akan digunakan dalam pertukaran tahanan dengan Israel. Israel telah menahan ribuan warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, sebagian tanpa dakwaan, sejak sebelum serangan 7 Oktober.
Pada awal serangannya ke Gaza, Israel membatasi masuknya makanan, bahan bakar, dan persediaan medis ke Gaza.
Israel mengeklaim tidak ada pembatasan lagi, masyarakat internasional mendesak Israel untuk memperbolehkan lebih banyak bantuan masuk.
Kelompok bantuan mengatakan prosedur pemeriksaan yang rumit di perbatasan, pertempuran yang terus berlanjut, dan keruntuhan ketertiban publik telah menyebabkan penurunan masuknya bantuan ke Gaza. Israel menuduh PBB tidak terorganisasi.
Akibatnya, staf rumah sakit berjuang untuk mengatasi kekurangan suku cadang untuk menjaga peralatan medis tetap berfungsi.
RS Martir Al-Aqsa juga kekurangan anestesi, yang berarti operasi dan prosedur lain sering dilakukan tanpa obat penghilang rasa sakit.
Haj-Hassan mengatakan hanya ada satu cara untuk mengakhiri krisis perawatan kesehatan di Gaza.
"Mereka perlu menghentikan perang," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press