16 Warga Sipil Lebanon Tewas dalam Serangan Israel Termasuk 7 Petugas Medis
Kompas dunia | 28 Maret 2024, 14:48 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Serangan udara Israel ke pusat paramedis di selatan Lebanon membunuh 16 orang, tujuh di antaranya petugas medis. Hal ini memicu serangan roket balasan ke utara Israel yang mengakibatkan satu orang tewas pada Rabu, (27/3/2024).
Serangan terjadi di desa Hebbariyeh, di wilayah Arqoub distrik Hasbaya, dalam kondisi bombardir berat di sepanjang perbatasan oleh militer Israel.
Para petugas medis yang tewas bekerja untuk Asosiasi Bantuan Lebanon. Semuanya berusia di bawah 30 tahun dan beberapa di antaranya adalah kerabat. Mereka diidentifikasi sebagai Abdallah Atoui, Mohammed Al-Farouk Atoui, Bara’ Abu Kais, Abderrahmane Shaar, Hussein Shaar, Ahmed Shaar, dan Mohammed Hammoud.
Beberapa orang lainnya terluka dalam serangan itu, yang meratakan pusat kesehatan di mana para petugas medis bekerja. Serangan ini mendapat kecaman luas dari politisi dan masyarakat Lebanon.
Secara total pada hari Rabu, Israel melancarkan serangkaian serangan udara di selatan Lebanon dan memicu balasan oleh kelompok militan Hezbollah, menewaskan satu warga Israel, menjadikan hari Rabu sebagai hari paling mematikan dalam lebih dari lima bulan pertempuran di sepanjang perbatasan.
Beberapa jam setelah serangan udara, Hezbollah mengklaim bertanggung jawab atas penembakan roket ke kota utara Israel, Kiryat Shmona, dan pangkalan militer di kota tersebut. Hezbollah mengatakan ini sebagai pembalasan atas serangan mematikan terhadap pusat paramedis.
Layanan penyelamatan di Israel mengatakan seorang pria berusia 25 tahun tewas ketika serangan langsung memicu kebakaran di sebuah pusat industri di Kiryat Shmona. Rekaman dari lokasi tersebut menunjukkan asap hitam tebal membubung dari sebuah bangunan.
Baca Juga: Israel Tak Pedulikan Resolusi DK PBB, Netanyahu: Kemenangan di Gaza akan Dicapai Beberapa Pekan Lagi
Satu orang lainnya mengalami luka ringan. Sekitar 30 roket diluncurkan dari Lebanon menuju utara Israel, menurut militer Israel.
Hingga 19 Maret, Lebanon mengadukan 22 keluhan terhadap Israel kepada Dewan Keamanan PBB sejak dimulainya serangan di wilayahnya.
Ini mendokumentasikan "pelanggaran Israel terhadap Resolusi Dewan Keamanan 1701" dan mendesak anggota Dewan Keamanan untuk "mengutuk serangan-serangan ini, mengendalikan pelanggaran Israel terhadap kedaulatan Lebanon, dan mencegah pecahnya perang regional besar," kata Kementerian Luar Negeri Lebanon.
Angkatan Darat Israel mengatakan "menargetkan sebuah bangunan militer yang terkait dengan Kelompok Islam di Habbariyeh, menargetkan individu bersenjata yang memiliki peran dalam merencanakan serangan terhadap wilayah Israel dan terkait dengan kelompok medis Islam. Target tersebut dilumpuhkan bersama dengan individu bersenjata lainnya di dalam bangunan."
Namun, Kelompok Islam membantah adanya keterkaitan dengan pusat tersebut. Kantor medianya mengatakan, "Pusat Asosiasi Bantuan Lebanon yang diserang oleh serangan udara Israel adalah entitas yang berdiri sendiri."
Baca Juga: 12 Warga Palestina Tewas Tenggelam Usai Berusaha Ambil Bantuan AS yang Mendarat di Laut
Situs berita Israel melaporkan lebih dari 30 roket diluncurkan dari selatan Lebanon ke lokasi-lokasi di Galilea. Seorang pekerja berusia 38 tahun tewas dan beberapa orang lainnya terluka ketika sebuah pabrik di Upper Galilee terkena serangan.
Hezbollah mengatakan mereka juga melakukan serangan artileri sukses terhadap posisi militer Israel di dekat pemukiman Shtola dan situs Ruwaisat Al-Alam di bukit Kfar Shuba yang diduduki, menyerang pasukan infanteri yang berada dalam hutan Ramim, dan menghantam peralatan mata-mata di kamp Miskav Am menggunakan "senjata penembak jitu."
Pertempuran pada hari Rabu terjadi setelah drone Israel membunuh dua anggota Hezbollah dalam serangan di wilayah Hermel di Lembah Bekaa pada hari Selasa, yang merupakan penyusupan terjauh hingga saat ini dari perbatasan selatan Lebanon.
Qasim Hashem, seorang politisi Lebanon mengatakan kepada Arab News, "Apa yang dilakukan musuh Zionis adalah kelanjutan dari jalur kriminal yang bermula dari Palestina hingga Lebanon.''
"Hari ini, Habbariyeh dan Arqoub membayar dengan darah atas konfrontasi proyek Zionis yang dimulai 75 tahun lalu. Arqoub berada di garis depan konfrontasi karena faktor-faktor sejarah, geografi, identitas, dan kebangsaan."
Menteri Pertanian Lebanon Abbas Al-Hajj Hassan mengutuk pembunuhan "para pria pekerja ambulans yang berada di stasiun mereka untuk memastikan penyelamatan rakyat kita dari bahaya musuh yang hanya mengerti bahasa pembunuhan dan penumpahan darah."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Arab News / Associated Press