Kesaksian Mengerikan Warga Gaza yang Berhasil Lolos dari Serbuan Israel ke Rumah Sakit Utama
Kompas dunia | 24 Maret 2024, 23:07 WIBRAFAH, KOMPAS.TV - Warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di sekitar rumah sakit utama Gaza memberi kesaksian mengerikan tentang gempuran brutal, penangkapan massal, dan pemaksaan para tawanan warga sipil melintasi mayat warga Gaza yang bergelimpangan terbunuh serbuan Israel, dalam wawancara, Minggu (24/3/2024).
Militer Israel mengklaim telah membunuh lebih dari 170 anggota Hamas dan menangkap sekitar 480 tersangka dalam serangan terhadap Rumah Sakit Shifa yang dimulai Senin (13/3) pekan lalu, menggambarkannya sebagai pukulan besar bagi Hamas dan kelompok bersenjata lainnya yang diklaim berkumpul di sana.
Pertempuran ini juga menunjukkan ketahanan kelompok bersenjata Palestina di Gaza yang telah parah terluka, tempat pasukan Israel kembali setelah serangan serupa pada awal perang.
Kareem Ayman Hathat, seorang warga yang tinggal di bangunan lima lantai sekitar 100 meter dari rumah sakit, menceritakan betapa dia berada dalam ketakutan di dapur selama beberapa hari karena tembakan dan ledakan membuat bangunan itu bergetar hebat.
Awal Sabtu (23/3) kemarin, pasukan Israel menyerbu bangunan tersebut dan memaksa puluhan warga untuk keluar. Dia menggambarkan bagaimana para pria dipaksa untuk melepas pakaian mereka dan empat orang ditahan. Sementara yang lainnya diborgol, ditutup mata dan diperintahkan untuk mengikuti tank ke selatan sambil ledakan terus terdengar di sekitar mereka.
“Dari waktu ke waktu, tank akan menembakkan peluru. Itu untuk membuat kita ketakutan." ujarnya kepada Associated Press dari tempat perlindungan sementara lainnya.
Mayor Jenderal Yaron Finkelman, kepala komando selatan Israel, menyebut serangan terhadap Shifa sebagai operasi yang berani, sulit, dan sangat mengesankan.
"Operasi tersebut akan berakhir ketika teroris terakhir berada dalam genggaman kita, hidup atau mati," kata Finkelman.
Pesawat tempur Israel dilaporkan melancarkan serangan di sekitar rumah sakit pada hari Minggu.
Baca Juga: Sekjen PBB Kunjungi Perbatasan Rafah, Mengaku Tidak Berdaya Hentikan Israel
Rumah Sakit Shifa hampir tidak berfungsi setelah serangan pada November 2023. Israel mengklaim Hamas memiliki pusat komando rahasia di dalam dan di bawah rumah sakit, dengan mengungkapkan sebuah terowongan tunggal dan menemukan senjata di beberapa bagian rumah sakit.
Gaza City, di mana Shifa berada, menderita kerusakan luas akibat serangan Israel. Pasukan Israel memblokir Gaza bagian utara sejak November tahun lalu, mengakibatkan minimnya bantuan yang masuk dalam beberapa minggu terakhir.
Pekan lalu, para ahli memperingatkan kelaparan hampir tidak terhindarkan di Gaza utara, di mana lebih dari 210.000 orang menderita kelaparan yang parah.
Sehari setelah meninjau truk-truk bantuan yang menunggu untuk memasuki Gaza dan menyebut kelaparan sebagai penyiksaan moral. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera bersama dengan pembebasan sandera di Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lima warga Palestina yang terluka dan terjebak di Rumah Sakit Shifa meninggal karena kekurangan makanan, air, dan layanan medis.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengecam kondisi tersebut sebagai sangat tidak manusiawi.
Jameel al-Ayoubi, salah satu pengungsi di Shifa, mengatakan tank dan buldoser militer Israel merusak halaman rumah sakit, menghancurkan ambulans dan kendaraan sipil. Dia menyaksikan tank sengaja melindas beberapa mayat warga Gaza yang tewas pada awal serangan.
Militer Israel mengklaim telah mengevakuasi pasien dan staf medis dari departemen darurat Shifa karena Hamas membuat pertahanan di dalam bangunan tersebut, sekaligus mengklaim telah menyediakan lokasi alternatif bagi pasien yang terluka parah.
Adapun Abed Radwan, yang tinggal sekitar 200 meter dari rumah sakit, menceritakan bagaimana pasukan Israel menyerbu semua bangunan di sekitarnya, menahan beberapa orang dan memaksa yang lain untuk berjalan ke selatan. Dia melihat mayat di jalanan dan rumah yang hancur saat dia berjalan.
Baca Juga: Menteri Israel Bersikeras Rafah Harus Segera Diinvasi meski Seluruh Dunia Menentangnya
Militer Israel juga menyatakan telah menyerbu rumah sakit lain di Khan Younis di tengah “pemboman yang sangat intens.” Mereka mengklaim telah mengeliminasi teroris menggunakan tembakan tank.
Saat ini, perang telah berlangsung selama enam bulan dan menewaskan setidaknya 32.226 warga Palestina. Israel mengklaim telah membunuh lebih dari 13.000 militan Hamas.
Lebih dari 80% populasi Gaza telah mengungsi, dengan sebagian besar mencari perlindungan di Rafah, yang dikatakan akan menjadi target operasi darat selanjutnya oleh Israel.
Upaya mediasi untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera masih terus berlangsung.
Di seberang perbatasan Gaza, komunitas Yahudi merayakan Purim, sementara konflik antara Israel dan Hezbollah Lebanon juga meningkat. Serangan udara Israel di Lebanon menewaskan seorang pekerja Suriah, sementara Hezbollah menembakkan roket sebagai balasan.
Perang ini telah membawa ketidakstabilan di seluruh wilayah, termasuk meningkatnya konflik antara Israel dan kelompok militan Hezbollah di Lebanon.
Serangan udara Israel di Lebanon pada hari Minggu menewaskan seorang pekerja konstruksi Suriah, sementara Hezbollah merespons dengan menembakkan 60 roket ke perbatasan Israel sebagai balasan. Hingga saat ini, tidak ada laporan tentang korban di pihak Israel.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press