> >

Israel Bakal Tempatkan 1,4 Juta Warga Palestina di Gaza ke 'Pulau Kemanusiaan' sebelum Serang Rafah

Kompas dunia | 15 Maret 2024, 10:50 WIB
Warga Palestina mengantri untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Kamis (21/12/2023). Pasukan Israel pada Kamis (29/2/2024)menembaki kerumunan warga Palestina yang menunggu bantuan di Kota Gaza. Lebih dari 104 pengungsi warga Gaza yang kelaparan tewas, membuat jumlah total korban tewas yang dibunuh serangan Israel menembus 30.000 warga sipil. (Sumber: AP Photo)

GAZA, KOMPAS.TV - Tentara Israel mengumumkan bakal menempatkan sebagian besar dari 1,4 juta warga Palestina di Rafah, Gaza ke sebuah “pulau kemanusiaan” di tengah wilayah itu.

Pemindahan itu rencananya akan dilakukan sebelum serangan darat ke Rafah dilancarkan.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan, pemindahan mereka yang ada di Rafah ke wilayah yang ditentukan akan dilakukan melalui koordinasi dengan komunitas internasional. Hagari menyebut pemindahan warga Palestina itu adalah bagian utama dari persiapan tentara untuk menghadapi invasi ke Rafah.

Baca Juga: Putin Jemawa, Ogah Lakukan Pembicaraan Damai dengan Ukraina yang Kehabisan Amunisi

Israel mengatakan Hamas memiliki empat batalion di Rafah yang ingin mereka hancurkan.

“Kami harus memastikan bahwa 1,4 juta orang atau setidaknya signifikan sekitar 1,4 juta akan dipindahkan,” kata Hagari dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (14/3/2024).

“Ke mana? Ke 'pulau kemanusiaan' yang kami akan ciptakan bersama dengan komunitas internasional,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa di pulau tersebut akan disediakan perumahan sementara, makanan, air dan kebutuhan lainnya untuk evakuasi Palestina.

Namun Hagari tak mengungkapkan kapan warga Palestina di Rafah akan dievakuasi ataupun serangan ke kota itu dimulai.

Ia menjelaskan bahwa Israel ingin waktunya tepat dari sudut pandang operasional dan harus dikoordinasikan dengan Mesir, yang mengatakan bahwa mereka tak ingin gelombang pengungsi Palestina melintasi perbatasannya.

Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Middle East Monitor


TERBARU