AS Dilaporkan Diam-Diam Setujui Penjualan Senjata dan Amunisi Canggih ke Israel
Kompas dunia | 8 Maret 2024, 01:25 WIB"Beberapa hambatan yang kami lihat dari pihak penguasa politik Israel: Anda melihat menteri dalam pemerintahan Israel menghalangi pengiriman tepung terigu (untuk warga Gaza) dari Pelabuhan Ashdod. Anda melihat menteri pemerintahan Israel mendukung protes yang menghalangi bantuan masuk ke Karem Shalom," ujar Miller kepada wartawan.
Ditanya bagaimana hal ini berhubungan dengan Undang-Undang Bantuan Luar Negeri, dia mengatakan, "Kami belum membuat penilaian bahwa Israel melanggar persyaratan undang-undang semacam itu saat ini."
Pemerintahan Biden mendapat kritik dari kalangan Demokrat progresif, Muslim, dan Arab di dalam dan luar negeri atas dukungan "tanpa ragu"nya terhadap perang Israel di Gaza, yang telah membunuh lebih dari 30.000 warga Palestina sementara kelaparan semakin mengancam.
Biden, yang beberapa kali menegaskan dukungan Washington untuk "hak Israel membela diri" setelah serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, belakangan ini mulai mengubah nada. Biden secara bertahap meningkatkan tekanan kepada Tel Aviv untuk mengambil langkah-langkah guna meminimalkan dampak bagi warga sipil Palestina dan memperbolehkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut.
Israel melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang. Lebih dari 30.700 warga Palestina telah tewas sejak itu, dengan lebih dari 72.000 lainnya terluka di tengah kehancuran besar dan kekurangan barang-barang kebutuhan.
Israel juga memberlakukan blokade yang merugikan di Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya di bagian utara Gaza, berada di ambang kelaparan.
Serangan Israel telah mendorong 85% penduduk Gaza mengalami pengungsian internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Washington Post