Ajal Tak Ada yang Tahu, Eksekusi Suntik Mati di AS Batal usai Tim Medis Gagal Temukan Pembuluh Darah
Kompas dunia | 29 Februari 2024, 11:30 WIBIDAHO, KOMPAS.TV - Sebuah penjara di negara bagian Idaho, Amerika Serikat (AS), menghentikan dan membatalkan eksekusi suntik mati terpidana kasus pembunuhan berantai, Thomas Eugene Creech, Rabu (29/2/2024), setelah tim medis berkali-kali gagal menemukan pembuluh darah.
Creech yang berusia 73 tahun, sudah 50 tahun di penjara karena lima pembunuhan di tiga negara bagian dan diduga terlibat dalam beberapa kasus lain.
Dia sedang menjalani hukuman seumur hidup ketika pada 1981, ia memukul mati narapidana David Dale Jensen yang berusia 22 tahun. Itu menjadi alasannya dieksekusi mati.
Creech, narapidana yang paling lama menunggu hukuman mati di AS, dibawa ke ruang eksekusi di Lembaga Pemasyarakatan Berpengamanan Maksimum Idaho pada Rabu pukul 10 pagi.
Direktur Departemen Penjara Idaho Josh Tewalt mengatakan dalam konferensi pers bahwa tiga anggota tim medis mencoba delapan kali untuk menyuntikkan zat mematikan, namun gagal menemukan pembuluh darah yang memadai.
Terkadang, mereka tidak bisa menemukan pembuluh darah, dan terkadang mereka bisa tetapi meragukan kualitas pembuluh darah tersebut.
Tewalt mengatakan mereka telah mencoba menemukannya di lengan, tangan, dan kaki Creech. Pada satu titik, seorang anggota tim medis pergi untuk mengambil persediaan tambahan.
Pada pukul 10:58 pagi, kepala penjara mengumumkan eksekusi mati dihentikan.
Departemen Penjara mengatakan perintah hukuman mati untuk Creech akan kedaluwarsa, dan mereka sedang mempertimbangkan langkah berikutnya.
Meskipun prosedur medis lain mungkin dilakukan untuk eksekusi mati, negara bagian Idaho tetap memperhatikan larangan terhadap hukuman kejam dan tidak manusiawi yang tercantum dalam Amendemen ke-8, kata Tewalt.
Baca Juga: Bakar Studio Anime di Kyoto hingga 36 Orang Tewas, Pelaku Dijatuhi Hukuman Mati
Pengacara Creech segera mengajukan gugatan baru untuk penangguhan di Pengadilan Distrik AS, dengan menyatakan "upaya eksekusi yang sangat buruk" membuktikan "ketidakmampuan departemen untuk melaksanakan eksekusi yang manusiawi dan konstitusional."
Pengadilan memberikan penangguhan setelah pihak berwenang Idaho mengonfirmasi mereka tidak akan mencoba lagi untuk mengeksekusi sebelum surat perintah hukuman mati kedaluwarsa. Pihak berwenang di negara bagian harus mendapatkan perintah hukuman mati lain jika ingin melaksanakan eksekusi.
"Inilah yang terjadi ketika individu yang tidak dikenal dengan pelatihan yang tidak diketahui, ditugaskan untuk melaksanakan eksekusi," kata Federal Defender Services of Idaho dalam pernyataan tertulis.
"Ini persis jenis kejadian buruk yang bisa terjadi dan sudah kami peringatkan kepada Negara dan Pengadilan saat mencoba mengeksekusi salah satu narapidana paling tua di negara ini."
Enam pejabat Idaho, termasuk Jaksa Agung Raul Labrador, dan empat perwakilan media, termasuk seorang reporter Associated Press, berada di sana untuk menyaksikan upaya tersebut, yang seharusnya menjadi eksekusi pertama Idaho dalam 12 tahun.
Tim eksekusi terdiri sepenuhnya dari sukarelawan, kata departemen lembaga pemasyarakatan. Mereka yang bertugas menyuntik mati punya pengalaman dan pelatihan medis, tetapi identitas mereka dirahasiakan.
Pada setiap percobaan menyuntikkan zat mematikan, tim medis membersihkan kulit dengan alkohol, menyuntikkan larutan penghilang rasa, membersihkan kulit lagi, dan kemudian mencoba memasang kateter IV.
Setiap percobaan memakan waktu beberapa menit, dengan anggota tim medis meraba-raba kulit dan mencoba menempatkan jarum suntik.
Baca Juga: Napi Ini Jadi Korban Eksekusi Mati Gas Nitrogen Pertama di AS, Hanya Butuh Waktu 5 Menit
Creech sering melihat ke arah anggota keluarganya yang duduk di ruangan saksi terpisah. Tangannya terikat ke meja, tetapi dia sering kali mengulurkan jari-jarinya ke arah mereka.
Dia tampak berkata "Aku mencintaimu" kepada seseorang di ruangan tersebut.
Setelah eksekusi dihentikan, kepala penjara mendekati Creech dan berbisik padanya selama beberapa menit, memberinya kecupan di lengannya.
Beberapa jam setelah itu, Labrador merilis pernyataan yang mengatakan "keadilan kembali tertunda."
"Tugas kami adalah mencari keadilan bagi banyak korban dan keluarga mereka yang mengalami kebrutalan dan kekejaman dari tindakan Creech," tulis jaksa agung.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press