> >

Sistem Kesehatan Gaza Kolaps, MER-C Dorong Indonesia Bangun RS Lapangan di Rafah

Kompas dunia | 21 Februari 2024, 17:11 WIB
Warga Palestina naik kereta keledai melewati bangunan yang hancur akibat bombardir Israel di jalan utama Salah el Dein di kamp pengungsi Maghazi, Jalur Gaza bagian tengah, Jumat, 16 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Adel Hana)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mendorong pemerintah Indonesia melalui TNI atau Kementerian Kesehatan mendirikan rumah sakit lapangan di Rafah, Jalur Gaza atau di Mesir.

Rumah sakit lapangan dibutuhkan setelah kolapsnya sistem kesehatan Gaza akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Sarbini menyampaikan, Indonesia pernah mengirim bantuan RS lapangan ketika gempa bumi di Bam, Iran pada 2004 silam. Ia menilai hal serupa bisa dilakukan di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel sejak 1967.

"Saya pikir indonesia bisa mengulangi lagi hal seperti itu di Rafah, di Mesir. Mudah-mudahan upaya-upaya lebih teknis ini bisa dilakukan. Apalagi saya telah mendengar pemerintah Mesir telah membuka lampu hijau kepada pihak internasional agar bisa mendirikan rumah sakit di Rafah,” kata Sarbini dalam konferensi pers, Rabu (21/2/2024).

Baca Juga: RI Bela Palestina di Mahkamah Internasional, Dukung Advisory Opinion tentang Pendudukan Israel

MER-C adalah organisasi yang mengelola Rumah Sakit Indonesia di utara Gaza. Kini, rumah sakit tersebut lumpuh akibat operasi militer Israel yang meluas.

Sarbini menekankan, rumah sakit-rumah sakit yang tersisa di Gaza dalam kondisi memprihatinkan. Ia berharap gencatan senjata permanen segera tercapai demi masyarakat Gaza.

"Sekitar 10 persen (rumah sakit) yang masih operasional. Itu pun di beberapa tempat, misalnya di selatan, tinggal dua atau tiga. Dan rumah sakit-rumah sakit ini yang bertahan sangat memprihatinkan sekali, maka kita meminta bantuan kemanusiaan ini segera dibuka, agar stok obat-obatan, makanan, dan sebagainya bisa terpenuhi pada warga Gaza,” katanya.

Sarbini pun mendesak Badan Kesehatan Indonesia (WHO) melindungi fasilitas kesehatan yang tersisa di Jalur Gaza.

Ia menilai WHO bisa melakukan langkah diplomasi kepada Amerika Serikat (AS) dan Israel terkait perlindungan fasilitas medis.

Di lain sisi, Sarbini menilai pemerintah Indonesia bisa mewujudkan bantuan rumah sakit lapangan di Gaza apabila serius dalam solidaritas terhadap bangsa Palestina.

"Saya pikir kalau ini sungguh-sungguh kita, pemerintah Mesir pasti akan membuka akses. Udah hubungan deket antara kita dengan Mesir. Tinggal kita serius enggak?” katanya.

Baca Juga: China Kritik Veto AS atas Resolusi DK PBB: Tak Ada Bedanya dengan Beri Lampu Hijau Pembantaian Gaza

Menurut data yang dilansir Al Jazeera, per Rabu (21/2) pukul 16.00 WIB, korban tewas di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai sedikitnya 29.195 orang termasuk lebih dari 12.300 anak-anak dan lebih dari 8.400 wanita.

Sementara korban luka sedikitnya 68.552 orang, termasuk lebih dari 8.663 anak-anak dan sedikitnya 6.327 wanita.

Adapun lebih dari 7.000 orang masih dinyatakan hilang.

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU