Federasi Palang Merah Internasional IFRC: Kelaparan di Gaza Sudah Melampaui Malapetaka
Kompas dunia | 9 Februari 2024, 07:15 WIBJENEWA, KOMPAS.TV - Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah IFRC memberikan peringatan kepada komunitas internasional mengenai situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, menyatakan kelaparan di wilayah tersebut telah mencapai tingkat melampaui malapetaka kehancuran.
Juru bicara IFRC, Tommaso Della Longa, dalam wawancara dengan Anadolu, Kamis (8/2/2024) menyampaikan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan yang tidak memadai di Gaza dan runtuhnya sistem kesehatan semakin memperparah tingkat kelaparan masyarakat, yang disebabkan oleh pengepungan pasukan Israel dan serangan bom yang terus berlanjut.
"Dalam situasi seperti ini, memang ada bantuan dan sejumlah truk bantuan yang masuk ke Jalur Gaza. Namun pertanyaannya adalah, apakah sudah cukup? Tidak. Jumlah truk atau bantuan seharusnya jauh lebih banyak," tegas Longa.
Namun, akses yang aman di seluruh Gaza menjadi tantangan utama, ujar Longa, menyatakan kekhawatirannya bahwa "situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan."
Untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan masyarakat Gaza dengan layak, diperlukan bantuan kemanusiaan yang lebih besar. Namun yang terutama, keamanan dan akses yang aman untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan" harus dijamin, demikian saran Longa.
Bantuan kemanusiaan telah disampaikan dengan persetujuan pihak yang terlibat dalam konflik, serta dukungan dari pemangku kepentingan regional dan internasional.
Baca Juga: Komite Internasional Palang Merah Desak Perlindungan Warga Gaza yang Dievakuasi Maupun Tetap Tinggal
"Tentu saja, kita memerlukan upaya diplomatis yang lebih banyak. Tetapi yang terutama, pertikaian harus dihentikan agar dapat menciptakan ruang kemanusiaan yang aman di lingkungan di mana kita bisa mencapai seluruh Gaza," ungkap Longa menekankan.
Situasi semakin memburuk di wilayah utara Gaza, tempat ribuan orang terus melarikan diri, ujarnya, memperingatkan bahwa situasi perawatan kesehatan sangat mengkhawatirkan.
IFRC berusaha sebaik mungkin di lapangan bekerja sama dengan Palang Merah Mesir dan Palestina, tambahnya, sambil menegaskan bahwa keprihatinan organisasi ini sudah disampaikan dalam diskusi bilateral.
"Jadi, saya hanya ingin mengingatkan bahwa satu-satunya momen di mana kita berhasil memiliki jumlah truk yang lebih tinggi adalah selama gencatan senjata terakhir yang terjadi di Jalur Gaza. Jadi, saya pikir itu adalah tanda pentingnya menemukan kesepakatan politik, sehingga para pekerja kemanusiaan dapat melakukan tugas mereka," tekannya.
Ketika ditanya mengenai risiko rumah sakit di Gaza akan berhenti menyediakan layanan, ia menjawab: "Tentu saja, risikonya ada. Dan ketika saya mengatakan bahwa kurang dari 30% fasilitas di Jalur Gaza masih beroperasi dengan susah payah, itu sudah memberi gambaran banyak tentang sistem kesehatan yang sebagian besar sudah runtuh atau hampir runtuh.”
Longa menekankan perlunya mengakui upaya para dokter dan perawat di Jalur Gaza, karena tanpa mereka, kemungkinan besar sistem lainnya sudah runtuh.
Baca Juga: Murka, Arab Saudi Tuduh Israel Secara Sistematis Membuat Penduduk Gaza Kelaparan
“Sistem perawatan kesehatan dalam keadaan kritis,” katanya, menyarankan bahwa satu-satunya cara untuk memperbaikinya adalah kembali kepada permintaan awal.
“Maksud saya, jika Anda menginginkan sesuatu yang mudah, seragam, sangat sulit untuk menerapkannya dengan cara yang praktis di lapangan, tetapi kita perlu memiliki lebih banyak bantuan kemanusiaan, kita perlu memiliki lebih banyak akses. Dan, tentu saja, kita perlu menekankan dan menyoroti untuk memanggil semua pihak bahwa rumah sakit, ambulans, pekerja kemanusiaan harus dilindungi dan dihormati,” tegasnya.
Dia mengatakan semakin lama konflik berlanjut, semakin besar kebutuhan kemanusiaan akan menjadi.
Situasinya memburuk setiap menit, katanya, menambahkan, “Saya akan mengatakan dalam beberapa minggu dan bulan terakhir di mana untuk seorang ayah atau ibu untuk menemukan susu formula atau bahkan makanan untuk anak-anak mereka sendiri, itu sangat sulit dan kadang-kadang tidak mungkin.”
Dia menambahkan bahwa hampir 2,2 juta warga sipil tinggal di Gaza, dengan 1,8 juta di antaranya sudah terpengaruh berkali-kali.
“Mereka harus meninggalkan rumah mereka tanpa apa pun sebagian besar waktu. Mereka telah terusir selama lima, enam kali. Tidak ada tempat yang nyata untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Jadi, tentu saja, makanan adalah masalah utama, begitu juga air, kesehatan, dan perlindungan.” tandas Longa.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Anadolu / IFRC