Presiden Afsel Ungkap Mineral Kunci untuk Transisi Energi Global Ada di Afrika
Kompas dunia | 6 Februari 2024, 09:01 WIBJOHANNESBURG, KOMPAS.TV - Mayoritas mineral yang menjadi kunci untuk transisi energi global ada di bawah tanah subur Afrika, diungkapkan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa hari Senin (5/2/2024), menyebut logam-logam kritis seperti mangan, besi, tembaga, kobalt, nikel, dan platinum.
"Afrika memiliki potensi untuk menjadi poros transisi energi global, dengan pertambangan sebagai intinya," kata Cyril Ramaphosa dalam pidato kuncinya pada pembukaan Investing in Africa Mining Indaba, konferensi pertambangan tahunan terbesar di benua itu, seperti dilaporkan oleh Anadolu, Selasa (6/2/2024).
Pertemuan ini, yang rutin mengumpulkan investor dan profesional pertambangan dari seluruh dunia setiap tahunnya, sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-30 di Cape Town.
Sejak 1994, Mining Indaba telah menjadi tempat utama untuk mencari kesepakatan dan pertemuan korporat bagi industri pertambangan di Afrika.
Ramaphosa menyatakan Afrika Selatan tengah mengejar transisi energi yang adil, yang dilakukan dengan kecepatan dan skala yang dapat diterima oleh negaranya, serta dengan cara yang memastikan keamanan energi dan menciptakan peluang baru bagi yang terkena dampak.
Meskipun Afrika Selatan sangat bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar batubara, negara itu secara bertahap berupaya untuk diversifikasi dengan sumber energi lainnya.
"Rencana Investasi Transisi Energi Adil kami menetapkan jalan untuk menciptakan industri baru dan mendukung lebih banyak mata pencaharian di dalam ekonomi hijau," ujarnya.
Baca Juga: Luhut Pandjaitan: Mengapa WTO Memaksa Kami Mengekspor Mineral Kami?
Industri pertambangan menghadapi beberapa tantangan yang mempengaruhi lingkungan operasionalnya, termasuk volatilitas harga komoditas global, harga energi tinggi, dan ketegangan geopolitik, di antara faktor-faktor lainnya, katanya.
Di Afrika Selatan, industri ini menghadapi krisis energi dan hambatan di pelabuhan dan rel yang memberikan tekanan serius pada biaya operasional para penambang.
"Kami berkomitmen untuk bekerja keras dan bersama-sama mengatasi tantangan serius ini," ujarnya.
Ramaphosa menyatakan bahwa negaranya telah mengamankan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 1.384 megawatt yang saat ini sedang dalam konstruksi atau sudah beroperasi untuk mengurangi beban pada industri pertambangan.
Saat ini, industri ini memberikan kontribusi sekitar 7,5% terhadap produk domestik bruto dan menyumbang sekitar 60% dari total ekspor Afrika Selatan berdasarkan nilai.
Beberapa pemimpin regional yang diharapkan hadir dan berbicara termasuk Presiden Zambia Hakainde Hichilema dan Jean-Michel Sama Lukonde, perdana menteri Republik Demokratik Kongo.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu