> >

Iran Sukses Luncurkan Satelit, Barat Ketar-ketir Kemampuan Rudal Balistik Teheran Makin Yahud

Kompas dunia | 21 Januari 2024, 17:05 WIB
Iran hari Sabtu, (20/1/2024) mengumumkan mereka telah berhasil meluncurkan satelit ke orbit tertinggi, langkah terbaru dalam program yang Barat khawatirkan akan meningkatkan akurasi dan kemampuan rudal balistik Tehran. Satelit Iran, Soraya, ditempatkan dalam orbit sekitar 750 kilometer di atas permukaan Bumi dengan roket tiga tahap Qaem 100. (Sumber: France24)

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Iran mengumumkan mereka telah berhasil meluncurkan satelit ke orbit tertinggi, Sabtu (20/1/2024). Peluncuran satelit itu merupakan langkah teranyar Iran dalam program yang dikhawatirkan Barat bakal meningkatkan akurasi dan kemampuan rudal balistik Teheran.

Peluncuran satelit Iran itu diumumkan seiring tensi ketegangan yang kian meningkat di Timur Tengah terkait gempuran Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza, dan hanya beberapa hari setelah Iran dan Pakistan terlibat dalam saling balas serangan udara di negara masing-masing.

Melansir Associated Press seperti dilaporkan kantor berita Iran IRNA, Minggu (21/1), satelit Iran, Soraya, ditempatkan dalam orbit sekitar 750 kilometer di atas permukaan Bumi dengan roket tiga tahap Qaem 100.

Meskipun tidak segera dijelaskan fungsi satelit tersebut, Menteri Telekomunikasi Iran Isa Zarepour menjelaskan, peluncuran tersebut membawa muatan seberat 50 kilogram.

Peluncuran itu merupakan bagian dari program antariksa Pasukan Garda Revolusi Iran bersama program antariksa sipil Iran.

Rekaman yang dirilis oleh media Iran menunjukkan roket meluncur dari peluncur bergerak. Analisis Associated Press terhadap rekaman tersebut menunjukkan bahwa peluncuran terjadi di landasan peluncuran Garda Revolusi di pinggiran Kota Shahroud, sekitar 350 kilometer di sebelah Teheran.

Peluncuran tiga satelit Iran sebelumnya yang berhasil, seluruhnya terjadi di lokasi tersebut.

Baca Juga: Empat Penasehat Garda Revolusi Islam Iran Tewas dalam Serangan Israel di Ibu Kota Suriah

Peta Iran dengan ibukota Teheran. Satelit Iran, Soraya, ditempatkan dalam orbit sekitar 750 kilometer di atas permukaan Bumi dengan roket tiga tahap Qaem 100, Sabtu (20/1/2024). (Sumber: AP Graphics)

Belum ada konfirmasi independen apakah Iran berhasil menempatkan satelit tersebut dalam orbit. Militer Amerika Serikat (AS) dan Departemen Luar Negeri AS tidak memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar.

Sebelumnya, AS menyatakan peluncuran satelit oleh Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan mendesak Teheran untuk tidak melakukan aktivitas yang melibatkan rudal balistik yang dapat membawa senjata nuklir. Sanksi PBB terkait program rudal balistik Iran berakhir pada Oktober tahun lalu.

Di bawah kepemimpinan Presiden Iran yang relatif moderat, Hassan Rouhani, republik Islam tersebut memperlambat program antariksa mereka karena khawatir meningkatkan ketegangan dengan Barat.

Namun, Presiden keras Ebrahim Raisi, yang merupakan anak didik Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2021, mendorong program tersebut.

Intelijen AS tahun 2023 menyatakan perkembangan kendaraan peluncur satelit "memperpendek waktu" bagi Iran untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua karena menggunakan teknologi serupa.

Rudal balistik antarbenua dapat digunakan untuk mengirimkan senjata nuklir. Saat ini, Iran sedang memproduksi uranium pada tingkat mendekati senjata setelah kegagalan kesepakatan nuklirnya dengan kekuatan dunia.

Teheran punya cukup uranium yang diperkaya untuk membuat "beberapa" senjata nuklir, jika memilih untuk memproduksinya, demikian peringatan kepala Badan Tenaga Atom Internasional yang berulang kali diungkapkan.

Baca Juga: Bunker Nuklir Iran Disebut Terlalu Dalam untuk Ditembus Bom Termutakhir AS, Washington Ketar-ketir

Fasilitas nuklir Iran di Natanz, Teheran. Satelit Iran, Soraya, ditempatkan dalam orbit sekitar 750 kilometer di atas permukaan Bumi dengan roket tiga tahap Qaem 100 hari Sabtu, (20/1/2024). (Sumber: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)

Iran selalu membantah berupaya membuat senjata nuklir dan menyatakan program antariksa mereka, seperti aktivitas nuklir mereka, hanya untuk tujuan sipil semata. Namun, intelijen AS menyatakan Iran punya program nuklir militer terorganisir hingga tahun 2003.

Keterlibatan Garda Revolusi dalam peluncuran ini, serta kemampuannya meluncurkan roket dari peluncur bergerak, membuat kubu AS dan Barat ketar-ketir. Garda Revolusi, yang hanya bertanggung jawab kepada Khamenei, mengungkapkan program antariksa mereka tahun 2020.

Dalam dekade terakhir, Iran telah mengirimkan beberapa satelit yang bertahan sebentar ke orbit dan pada tahun 2013 meluncurkan seekor kera ke luar angkasa.

Namun, program ini mengalami kesulitan belakangan ini. Ada lima peluncuran berturut-turut yang gagal untuk program Simorgh, roket pembawa satelit lainnya.

Sebuah kebakaran di Pelabuhan Antariksa Imam Khomeini pada Februari 2019 menewaskan tiga peneliti, demikian diumumkan pada waktu itu.

Ledakan roket di peluncur pada tahun yang sama menarik perhatian Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang mengejek Iran dengan cuitan yang menunjukkan foto pengawasan AS dari lokasi tersebut.

Pada bulan Desember, Iran mengirimkan kapsul ke orbit yang mampu membawa hewan sebagai persiapan untuk misi manusia dalam beberapa tahun mendatang.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press / IRNA / Press TV


TERBARU