Pertentangan Pejabat Puncak Israel Makin Terbuka soal Penanganan Perang Melawan Hamas di Gaza
Kompas dunia | 19 Januari 2024, 23:55 WIBMenlu Arab Saudi juga menyatakan kesiapan negaranya menjalin hubungan dengan Israel sebagai bagian dari kesepakatan politik lebih besar, tetapi mengatakan itu hanya mungkin melalui adanya negara Palestina merdeka.
Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, "Tidak akan ada keamanan dan stabilitas di wilayah ini tanpa negara Palestina."
Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant bersikeras pertempuran akan berlanjut hingga Hamas dihancurkan, dan hanya tindakan militer yang bisa membebaskan sandera.
Hamas, sementara itu, ingin mengakhiri perang sebelum membahas pembebasan sandera, dan menuntut pembebasan ribuan tahanan Palestina di Israel sebagai imbalan.
Beberapa pengamat mempertanyakan apakah tujuan Netanyahu realistis mengingat progres ofensif yang lambat dan kritik internasional, termasuk tuduhan genosida di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang ditolak oleh Israel.
Baca Juga: Otoritas Palestina Tanggapi Israel: Tidak Ada Stabilitas Timur Tengah tanpa Negara Palestina Merdeka
Lawan politik Netanyahu menuduhnya menunda diskusi tentang rencana pascaperang untuk menghindari penyelidikan kegagalan pemerintah dan menjaga stabilitas koalisi serta menunda pemilihan. Survei menunjukkan popularitas Netanyahu, yang tengah diadili atas korupsi, anjlok selama perang.
Eisenkot, mantan kepala angkatan darat yang putranya tewas di Gaza, menyatakan dalam wawancara bahwa pembebasan sandera hanya mungkin melalui kesepakatan dan jeda signifikan dalam pertempuran. Ia menolak klaim bahwa tindakan dramatis dapat membebaskan sandera, karena mereka diyakini tersebar, sebagian besar berada di terowongan bawah tanah.
Dalam kritik terhadap Netanyahu, Eisenkot mengatakan keputusan strategis harus diambil segera dan diskusi tentang akhir perang harus dimulai sejak awal.
Dia juga menyangkal klaim bahwa militer telah memberikan pukulan telak terhadap Hamas.
Gallant mengatakan pasukannya berhasil menonaktifkan struktur komando Hamas di utara Gaza, di mana sejumlah besar pasukan telah ditarik mundur minggu ini. Kini, fokusnya adalah di setengah bagian selatan wilayah tersebut.
Eisenkot, yang juga anggota parlemen di aliansi oposisi Nasional Unity, mengatakan dia mempertimbangkan setiap hari apakah harus tetap di Kabinet Perang yang dipimpin Netanyahu atau mundur. "Saya tahu di mana garis merah saya," ujarnya, menegaskan pembebasan sandera adalah salah satu tujuannya, tetapi juga bagaimana perang ini harus dijalankan.
Perang ini telah merambat ke seluruh Timur Tengah, dengan kelompok yang didukung Iran menyerang AS dan Israel. Pertempuran antara Israel dan militan Hizbullah di Lebanon mengancam menjadi perang total, sementara kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman terus menargetkan kapal-kapal kargo internasional terkait Israel.
AS melancarkan serangan kelima terhadap kelompok bersenjata Houthi di Yaman pada Kamis, meskipun Presiden Joe Biden mengakui bahwa serangan tersebut belum mampu menghentikan serangan mereka di koridor Laut Merah yang vital.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press