Pemimpin Oposisi Israel Sebut Netanyahu Tak Layak Tangani Perang di Gaza
Kompas dunia | 16 Januari 2024, 11:50 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyatakan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak layak menangani perang di Gaza.
Lapid menyatakan perlunya perubahan segera dan mengkritik pemerintahan yang, menurutnya, tidak memiliki kemampuan mengelola perang sehingga menyebabkan krisis ekonomi dalam negeri serta membuat Israel dibawa ke Mahkamah Internasional di Den Haag.
"Negara Israel membutuhkan perubahan sekarang, dan tidak mungkin menunggu lebih lama lagi," kata Lapid di media sosial X.
"Pemerintahan ini tidak tahu bagaimana mengelola perang, dan sedang mendorong kita ke dalam krisis ekonomi yang dalam yang merugikan setiap kantong warga, dan telah membawa kita ke Den Haag," tambahnya.
Seperti yang diketahui, Afrika Selatan telah mengajukan gugatan di Mahkamah Internasional dan menuding srael melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza selama serangan militer yang dimulai 7 Oktober 2024.
Gugatan tersebut juga meminta tindakan sementara dari pengadilan untuk melindungi rakyat Palestina dan menghentikan serangan militer Israel.
Lebih lanjut, Lapid menyatakan pemerintahan saat ini tidak pantas mengelola perang, dan ia bersedia mendukung pemerintahan alternatif yang dipimpin oleh perdana menteri lainnya.
Baca Juga: Hujan Rudal Israel Masih Terjadi di Sejumlah Wilayah Gaza! Korban Jiwa Tercatat Lebih dari 24 Ribu!
"Pemerintahan ini tidak layak mengelola perang, dan Netanyahu tidak pantas memimpin negara ini," tegas Lapid.
Seruan untuk mengadakan pemilihan umum baru di Israel semakin meningkat sebagai respons atas kritik terhadap Netanyahu terkait serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Hasil jajak pendapat menunjukkan, jika pemilu dilakukan sekarang, Netanyahu tidak akan mampu membentuk pemerintahan selanjutnya.
Sejauh ini, mantan Menteri Pertahanan dan anggota kabinet perang, Benny Gantz, dianggap sebagai calon paling mungkin untuk jadi perdana menteri.
Serangan Israel ke Jalur Gaza, wilayah Palestina yang telah didudukinya sejak 1967 dan diblokade sejak 2007, telah menewaskan setidaknya 24.100 orang dan melukai 60.834 lainnya.
Sedangkan Israel mengeklaim serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang.
Sebagian besar penduduk Gaza harus berlindung dan mengungsi akibat serangan ini, sementara persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan menjadi langka.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), akibat agresi Israel, sekitar 60 persen infrastruktur di Gaza rusak atau hancur.
Baca Juga: Jerman Bela Israel di ICJ, Ternyata Ekspor Senjatanya ke Rezim Zionis Naik sejak Serangan ke Gaza
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Anadolu Agency