> >

Serangan Udara Kembali Hantam Kamp di Gaza Tengah usai AS Setujui Penjualan Senjata ke Israel

Kompas dunia | 30 Desember 2023, 19:40 WIB
Warga Palestina menyaksikan kehancuran pasca serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza Selatan, Jumat, 29 Desember 2023. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

DEIR AL-BALAH, KOMPAS.TV — Pesawat-pesawat tempur Israel menyerang dua kamp pengungsi perkotaan di Gaza tengah pada hari Sabtu (30/12/2023), ketika pemerintahan Biden menyetujui penjualan senjata darurat baru ke Israel. Penjualan senjata ini terus berlangsung meskipun seruan gencatan senjata internasional terus terjadi.

Israel mengatakan pihaknya bertekad untuk melakukan serangan udara dan darat yang belum pernah terjadi sebelumnya sampai mereka berhasil membubarkan Hamas. Namun, tujuan itu dipandang oleh sebagian orang sebagai hal yang tidak mungkin tercapai, karena kelompok militan tersebut mempunyai akar yang kuat dalam masyarakat Palestina. 

Amerika Serikat (AS) dianggap telah melindungi Israel secara diplomatis dengan terus memasok senjata dalam perang di Gaza. Sementara Israel berpendapat bahwa mengakhiri perang saat ini akan berarti kemenangan bagi Hamas. 

Perang tersebut, yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober di Israel Selatan, dan telah menyebabkan 85% dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi, dan membuat gelombang besar pengungsian. 

Baca Juga: Israel Tembaki Konvoi Bantuan untuk Gaza, PBB: Pekerja Bantuan Tak Boleh Jadi Target

Meskipun telah mengungsi, namun penduduk di kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij melaporkan tetap terjadi serangan di tempat mereka mengungsi. Dua titik pengungsian tersebut baru-baru ini melaporkan serangan udara Israel hingga Sabtu lalu.

Warga Nuseirat, Mustafa Abu Wawee, mengatakan serangan menghantam rumah salah satu kerabatnya dan menewaskan dua orang.

“Israel melakukan segalanya untuk memaksa orang-orang pergi,” katanya melalui telepon sambil mencari empat orang yang hilang di bawah reruntuhan bersama dengan orang lain. “Mereka ingin mematahkan semangat dan kemauan kami, tetapi mereka akan gagal. Kami akan tetap tinggal di sini," ujar Mustafa seperti dikutip dari The Associated Press.

Baca Juga: Israel Diseret Afrika Selatan ke Pengadilan Internasional PBB, Dituduh Lakukan Genosida di Gaza

Serangan kedua pada Jumat malam di Nuseirat menargetkan rumah seorang jurnalis TV Al-Quds, sebuah saluran yang terkait dengan kelompok Jihad Islam yang militannya juga berpartisipasi dalam serangan 7 Oktober. Saluran tersebut mengatakan jurnalis tersebut, Jaber Abu Hadros dan enam anggota keluarganya tewas.

Warga Bureij, Rami Abu Mosab, mengatakan suara tembakan bergema di seluruh kamp sepanjang malam, diikuti dengan serangan udara besar-besaran pada hari Sabtu.

Ketika pasukan Israel mendesak lebih jauh ke Khan Younis dan kamp-kamp di Gaza tengah, puluhan ribu warga Palestina berbondong-bondong memasuki Kota Rafah yang sudah padat di ujung paling selatan Gaza dalam beberapa hari terakhir.

Rekaman drone menunjukkan sebuah kamp besar yang terdiri dari ribuan tenda dan gubuk darurat didirikan di lahan kosong di pinggiran barat Rafah di sebelah gudang PBB. Orang-orang tiba di Rafah dengan truk, gerobak, dan berjalan kaki. Mereka yang tidak mendapat tempat di tempat penampungan yang sudah penuh akan mendirikan tenda di pinggir jalan yang licin karena lumpur akibat hujan musim dingin.

 

 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU