Saat Warga Suriah Pilih Batalkan Perayaan Natal sebagai Tanda Solidaritas dengan Warga Gaza
Kompas dunia | 25 Desember 2023, 09:00 WIBDAMASKUS, KOMPAS.TV - Suasana kegembiraan Natal menghilang dari jalanan kota-kota Suriah, di mana gereja-gereja utama membatasi perayaan hanya pada doa-doa, sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina yang menderita akibat serangan brutal dan genosida Israel di Gaza.
"Di Palestina, tempat kelahiran Yesus Kristus, rakyat sedang menderita," ujar Uskup Katolik Suriah Aleppo, Mor Dionysius Antoine Shahda, seperti dikutip Straits Times, Minggu (24/12/2023).
Tahun ini alun-alun utama hampir sepi dan tidak terlihat dekorasi Natal. Kawasan pusat kota Azizia di utara Suriah biasanya dipenuhi pasar meriah dan pohon Natal raksasa, sementara jalanan dihiasi lampu-lampu dan ornamen.
"Di Suriah, kami membatalkan semua perayaan resmi dan resepsi di gereja-gereja kami sebagai bentuk solidaritas dengan korban serangan bom di Gaza oleh pasukan Israel," ungkap Shahda.
Gereja Katolik Suriah bersama Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Ortodoks Suriah, dan patriark Gereja Katolik Yunani Melkit, mengumumkan pembatalan perayaan Natal dan membatasi perayaan hanya pada upacara keagamaan.
Baca Juga: AS Tak Pedulikan Surat Gereja Betlehem Minta Gencatan Senjata di Gaza, Dibalas dengan Veto di PBB
"Mengingat keadaan saat ini, terutama di Gaza, para patriark meminta maaf karena tidak menerima ucapan selamat Natal dan Tahun Baru," demikian bunyi pernyataan bersama mereka, sambil menambahkan bahwa mereka membatasi upacara hanya pada "doa".
Kementerian Kesehatan di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 20.000 orang tewas di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran sebagai tanggapan terhadap serangan di selatan Israel pada 7 Oktober yang dipimpin kelompok Hamas.
Mayoritas korban di Gaza adalah perempuan dan anak-anak, demikian dikatakan oleh pejabat setempat. Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.140 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut seperti dikutip Straits Times berdasarkan data resmi.
Banyak warga Gaza terlantar akibat kekerasan dan terpaksa tinggal di tempat pengungsian atau tenda-tenda, seringkali kesulitan mencari makanan, bahan bakar, air, dan perawatan medis.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : France24 / Straits Times