Dari Bencana hingga Kiamat, Simak Fakta dari 5 Mitos yang Terjadi Pada Fenomena Solstis
Kompas dunia | 21 Desember 2023, 03:00 WIBSelain datangkan bencata, terdapat juga informasi yang menggambarkan fenomena Solstis sebagai tanda akhir zaman. Informasi tersebut tersebar di media sosial sejak tahun 2020.
"Sekitar 10.000 SM, akhir Zaman Es, hal yg sebaliknya terjadi: Solstis Juni terjadi di pusat galaksi. Bbrp teks kuno mengisahkan perubahan besar, kehancuran peradaban besar akibat tsunami & perubahan geologis memicu migrasi. Negeri yg ditinggalkan terpecah, berpulau-pulau," tulis pengunggah dalam twit-nya.
Perlu diingat lagi bahwa fenomena ini bukanlah pertanda terjadinya akhir zaman, melainkan fenomena astronomis murni yang mempengaruhi iklim dan musim di Bumi.
Baca Juga: Mitos, Bell’s Palsy Akibat Penggunaan Kipas Angin Terlalu Lama, Ini Penjelasan Kemenkes
3. Akan Terjadi Hal Besar
Narasi serupa juga ditemukan dalam twit para warganet. Namun, Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang Hasanudin, menjelaskan bahwa tidak ada peristiwa besar atau perubahan signifikan yang terjadi selama fenomena Solstis.
Menurutnya, Solstis berdampak langsung pada durasi siang dan malam, seperti untuk belahan Bumi utara, durasi siang akan lebih pendek dibandingkan dengan durasi malamnya.
Sebaliknya, pada solstis Desember, belahan Bumi selatan akan mengalami durasi siang yang lebih panjang daripada durasi malamnya.
Baca Juga: Mitos Awan Panas dan Abu Vulkanik Gunung Merapi Tak Sampai Solo, Ternyata Ada Penjelasan Ilmiah
4. Dapat Diramalkan
Kabar lainnya muncul dengan menyebutkan bahwa Solstis dapat diperamalkan. Hal ini jelas keliru, karena Solstis dijadwalkan terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan bulan Desember.
Perlu diingat juga bahwa fenomena ini merupakan bagian dari siklus rutin tahunan.
5. Mempengaruhi Kondisi Cuaca
Selain itu, fenomena Solstis juga sering dikaitkan dengan kondisi cuaca yang dialami oleh penduduk Bumi.
Sebenarnya, fenomena solstis tidak langsung mempengaruhi kondisi cuaca. Namun, perubahan posisi Matahari selama solstis dapat memengaruhi suhu dan kelembapan udara, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kondisi cuaca.
Penulis : Almarani Anantar Editor : Gading-Persada
Sumber : timeanddate.com, Kompas.com