> >

Netanyahu Ternyata Sempat Dukung Solusi Dua Negara, Mantan Dubes AS: Ia Pembohong

Kompas dunia | 18 Desember 2023, 11:04 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu. (Sumber: AP Photo/Maya Alleruzzo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut sebagai pembohong karena ternyata sempat mendukung solusi dua negara.

Hal tersebut diungkapkan oleh mantan Duta Besar AS untuk Israel Martin Indyk.

Indyk mengatakan hal itu setelah Netanyahu merasa bangga telah menggagalkan pembentukan negara Palestina selama 16 tahun berkuasa.

Baca Juga: Israel Temukan Terowongan Hamas dekat Jalur Sibuk Gaza, Pengawasan Intelijen Zionis Dipertanyakan

“Jadi semua janjinya kepada pemimpin dunia atas komitmen solusi dua negara adalah kebohongan,” tulis Indyk di media sosial X, Minggu (17/12/2023) dikutip dari The Jerusalem Post.

“Dan semua pendukung yang bersumpah bahwa Bibi (sebutan Netanyahu, red) serius mengenai perdamaian, harus memberikan penjelasan,” tambahnya.

Indyk tampaknya merujuk pada Declarasi Bar Ilan yang dilakukan Netanyahu, di mana ia mengatakan mendukung visi dua negara untuk dua bangsa.

Ia kemudian mengklarifikasi bahwa yang ia maksud adalah negara demiliterisasi.

Bahkan di masa lalu, ia sempat memberikan dukungannya pada visi dua negara dari mantan Presiden AS Donald Trump.

Netanyahu pada Sabtu (16/11/2023) sempat mengungkapkan dirinya bangga mampu menggagalkan negara Palestina.

“Saya bangga berhasil menggagalkan pembentukan negara Palestina karena hari ini semua orang bisa tahu apa yang bisa dilakukan negara Palestina, dengan melihat negara Palestina kecil di Gaza,” kata Netanyahu.

Netanyahu juga menegaskan bahwa kesepakatan perdamaian Oslo pada 1993, yang menciptakan Otoritas Palestina (PA) adalah kesalahan.

Indyk pun menegaskan bahwa Netanyahu memang selalu berniat untuk menghancurkan (kesepakatan) Oslo.

 

“Oleh karena itu, fitnah dan penindasan terhadap PA menjadi bagian penting dari upaya tersebut, bahkan ketika PA bekerja sama dalam menjaga keamanan Israel di Tepi Barat,” katanya.

“Tapi kini Oslo dan PA telah kembali, dibangkitkan oleh AS, satu-satunya rekan Israel di krisis ini, dan pemimpin Arab Suni, yang tak mendukung hari-hari penuh delusi Bibi, setelah perang,” tambah Indyk.

Baca Juga: Janji Mengerikan AS ke Kim Jong-Un: Menyerang dengan Nuklir, Rezim Korea Utara Bakal Tamat

Ia menegaskan jika Netanyahu berpegang pada pendiriannya, maka Israel harus menduduki Gaza lagi, menjalankannya, dan membayarnya di hadapan tentangan AS dan negara-negara Arab.

“Ini tidak akan berkelanjutan,” tutur Indyk.

Ia meramalkan jika Presiden AS Joe Biden bertahan dengan sikapnya saat ini, Netanyahu akan menyerah.

Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus

Sumber : The Jerusalem Post


TERBARU