Kesaksian Tentara Israel Jalankan Protokol Hannibal Bantai Warga Sendiri saat Respons Serbuan Hamas
Kompas dunia | 28 November 2023, 14:08 WIBISTANBUL, KOMPAS.TV - Dugaan kasus pembantaian warga Israel oleh tentaranya sendiri saat Hamas menyerbu awal Oktober lalu kembali mencuat.
Kesaksian seorang prajurit Israel baru-baru ini memunculkan pertanyaan apakah tentara menembaki warga sipil Israel di bawah "Protokol Hannibal" selama serangan mendadak oleh kelompok militan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu di pemukiman Yahudi dekat Jalur Gaza.
Dalam laporan yang disiarkan hari Minggu (26/11/2023) oleh TV Channel 12 News Israel, seorang letnan dua dari unit tank Israel yang disebut sebagai Michal berbicara tentang pengalamannya mengejar milisi Palestina dalam operasi pada 7 Oktober.
"Kami tiba di pintu masuk kompleks (Hulit) dan gerbangnya tertutup. Seorang prajurit datang padaku, agak ketakutan, berkata, 'Teroris telah masuk sekarang.' Kami masuk ke kompleks, merusak gerbang dengan tank, dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh prajurit," kata Michal seperti laporan Anadolu, Selasa (28/11/2023).
"Lalu prajurit itu memberi tahu saya, 'Tembak ke sana. Teroris berada di sana.' Saya bertanya padanya, 'Apakah ada warga sipil (Israel) di sana?' Jawabannya, 'Saya tidak tahu, tembak saja.'"
"Saya memutuskan untuk tidak menembaki target (dengan peluru tank) karena itu adalah permukiman Israel, tetapi saya menembak menggunakan senapan mesin di pintu masuk rumah," katanya.
Laporan dari Channel 12 muncul ketika seorang pilot militer Israel mengatakan militer menjalankan Protokol Hannibal selama serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober.
Dalam wawancara dengan surat kabar Haaretz Israel pada Rabu (15/11), Letnan Kolonel Nof Erez menyoroti kemungkinan tentara Israel yang merespons serangan Hamas telah mengimplementasikan protokol tersebut.
Laporan Haaretz mengungkapkan, helikopter militer Israel menembaki "penyerbu Palestina" dan warga Israel yang menghadiri festival musik di dekat Kibbutz Be'eri di pinggiran perbatasan Gaza sisi Israel pada 7 Oktober.
Pilot angkatan bersenjata Israel menyatakan militer mengimplementasikan Protokol Hannibal, yang melibatkan pembunuhan tawanan yang disandera oleh musuh, selama serangan mendadak oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober untuk mencegah warga sipil Israel dibawa ke Gaza sebagai sandera.
Baca Juga: Israel Disebut Tembaki Warganya Sendiri di Kibbutz Be'eri dan Festival Musik pada 7 Oktober
Protokol Hannibal
Menurut Erez, Protokol Hannibal, yang diyakini sudah dibatalkan tahun 2016, diformulasikan oleh tentara Israel 30 tahun yang lalu berdasarkan peristiwa di Lebanon. Protokol yang kontroversial ini digunakan oleh tentara Israel untuk mencegah tentaranya diculik oleh musuh. Satu versi protokol ini bahkan disebut membenarkan penggunaan cara apa pun untuk mencegah penculikan tentara Israel oleh musuh dengan cara apa pun, termasuk menembak atau melukai rekan mereka yang diculik.
"Protokol Hannibal disengaja, dan jika keputusan diambil untuk mengimplementasikannya, itu dilakukan dengan sengaja. Jika tawanan ditembak secara tidak sengaja, itu masalah lain," kata pilot itu tentang serangan pada 7 Oktober, ketika pejuang Hamas menyusup ke wilayah Jalur Gaza, termasuk festival di dekat permukiman Re'im.
Erez mengatakan, pada hari itu, tidak diketahui apakah pesawat tempur dan drone Israel mengenai sandera ketika menembak.
"Protokol Hannibal, yang sudah kita latih selama 20 tahun terakhir, menyangkut satu kendaraan dengan sandera di dalamnya. Anda tahu bagian mana dari pagar yang dilewati, arah mana di jalan ia menuju, dan bahkan rute mana yang diambil," kata Erez menyitir peristiwa penyerbuan tentara Israel ke Kibbutz atau permukiman Israel di mana warga sipil dan kombatan Hamas berada di dalamnya pada saat bersamaan.
"Yang kita lihat di sini adalah penerapan protokol Hannibal secara massal. Ada banyak celah di pagar. Ada ribuan orang dalam banyak kendaraan berbeda, baik bersama maupun tanpa sandera," tambahnya.
Erez, yang mengoordinasikan misi helikopter untuk mengevakuasi yang terluka selama serangan Israel yang berlangsung di Gaza, mengatakan, "Ini mengidentifikasi sasaran dan melakukan apa yang diperbolehkan."
"Dalam hal ini, saya tahu siapa pun yang memegang sistem senjata, baik drone maupun pilot tempur, melakukan apa pun yang mereka bisa tanpa berkoordinasi dengan pasukan darat, karena pasukan ini belum ada di sana."
Baca Juga: Palestina Ungkap Israel Incar Pembersihan Etnis Seluruh Gaza lewat Perang Pemusnahan dan Genosida
Erez dilaporkan dipecat dari tugas pada 31 Oktober setelah mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Menurut juru bicara militer Israel, Erez dipecat setelah mengekspresikan diri pada "masalah politik" saat masih aktif bertugas.
Mengutip sumber polisi, Haaretz melaporkan pada Minggu (26/11) bahwa helikopter tempur Israel juga menembaki penonton festival yang dipenuhi warga Israel sendiri sambil merespons serangan Hamas.
Dalam penilaian pejabat keamanan senior Israel, berdasarkan rekaman interogasi anggota Hamas dan penyelidikan polisi atas insiden itu, disebutkan Hamas tidak tahu apa-apa sebelumnya tentang festival musik, di mana 364 orang tewas.
Laporan tersebut mencakup informasi dari penyelidikan polisi, menyatakan sebagian besar peserta festival berhasil melarikan diri karena pesta dihentikan setengah jam sebelum tembakan pertama.
Surat kabar Israel lainnya, Yedioth Ahronoth, juga melaporkan respons udara militer terhadap serangan Hamas ke festival musik tersebut. Disebutkan pasukan (Hamas) yang menyusup diinstruksikan dalam beberapa hari terakhir untuk bergerak lambat ke dalam komunitas dan posisi yang ditetapkan, atau di dalamnya, dan dalam hal apa pun tidak boleh berlari, agar pilot mengira mereka berurusan dengan orang Israel. Tipu daya ini berhasil untuk sementara, sampai pilot-pilot Apache menyadari mereka harus melewati semua aturan pembatasan atau rules of engagement.
"Ketika para pilot menyadari sulit untuk membedakan antara teroris dan orang Israel, beberapa memutuskan secara independen sekitar pukul 9 pagi untuk menggunakan artileri melawan teroris tanpa izin dari atasannya," kata harian berbahasa Ibrani itu.
Hingga hari pertama gencatan senjata Israel - Hamas, setidaknya 14.854 warga Palestina tewas dibunuh seranga Israel, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan Palestina. Jumlah resmi kematian Israel adalah 1.200.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu / Haaretz / Channel 12 Israel