Negara-Negara Arab dan Uni Eropa Bertemu di Barcelona, Palestina Desak Perpanjangan Gencatan Senjata
Kompas dunia | 28 November 2023, 00:30 WIBBARCELONA, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Palestina Riad al-Malki, Senin (27/11/2023), mengajukan permohonan agar gencatan senjata yang hampir berakhir di Gaza, diperpanjang. Permintaan itu diajukan dalam pertemuan Uni Eropa dan negara-negara Arab di Spanyol.
"Kita harus mencari cara untuk memberikan tekanan yang diperlukan agar pemerintah Israel tidak melanjutkan pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah, sehingga kita dapat terus menghitung korban," kata Al-Malki, seperti dilansir Associated Press.
Israel tidak hadir dalam pertemuan yang dipimpin oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, dan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.
"Satu kengerian tidak bisa membenarkan kengerian lainnya. Kedamaian antara Israel dan Palestina telah menjadi keharusan strategis untuk seluruh komunitas Euro-Mediterania dan di luar itu," ungkap Borrell.
Menlu Yordania yang berharap pembicaraan tersebut akan membantu "menyusun jembatan" antara negara-negara Arab dan Eropa, mendesak para pejabat yang hadir untuk mendukung solusi dua negara yang mengakui negara Palestina.
Borell mengatakan, "Dalam sejarah konflik paling serius, selalu ada saat di mana kegelapan situasi hanya dapat mengarah ke cakrawala perdamaian. Saya yakin bahwa di luar guncangan dan emosi, kedua rakyat berkomitmen untuk perdamaian."
“Hamas lebih dari sekadar sebuah organisasi... itu adalah ide, sebuah ideologi. Dan Anda tidak bisa menghancurkan sebuah ide kecuali jika Anda dapat membuktikan bahwa Anda memiliki yang lebih baik. Untuk mengalahkan ideologi Hamas, Palestina membutuhkan prospek politik yang kredibel untuk berdiri sebagai negara,” kata Borell.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud yang diundang ke acara tersebut, menyampaikan, "Eskalasi yang berlanjut hanya akan menyebabkan rasa sakit yang parah bagi pihak mana pun. Satu-satunya hasil yang pasti adalah lebih banyak kehancuran, radikalisasi, dan konflik lebih lanjut atas nyawa warga Palestina, serta keamanan regional, termasuk Israel."
Baca Juga: Warga Palestina di Gaza Ternyata Tak Gembira dengan Gencatan Senjata Hamas-Israel, Ini Penyebabnya
Borrell berharap agar fokus pertemuan tertuju pada penanganan krisis kemanusiaan di Gaza setelah pertempuran berakhir.
"Ada mitra Arab yang tidak ingin membicarakan hari esok di Gaza tanpa memiliki prospek politik yang jelas dan kredibel. Itulah mengapa kita harus setuju hari ini untuk bekerja sama membangun horison politik seperti itu," ujarnya.
Menanggapi absennya Israel, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Barbock mengatakan, "Fakta bahwa Israel harus takut pada hostilitas satu arah di sini dan oleh karena itu tidak ikut serta, menunjukkan seberapa dalam perpecahan saat ini."
"Itulah sebabnya saya berada di sini hari ini, meskipun pertemuan ini sebelumnya tidak diberikan perhatian besar oleh Jerman," imbuhnya.
Jeda dalam pertempuran antara Israel dan Hamas berlanjut, dengan pembebasan orang-orang Palestina yang ditahan Israel dan yang ditahan Hamas di Gaza pada hari ketiga.
Meskipun jadwalnya selama empat hari, belum ada kejelasan tentang apa yang terjadi setelah Senin, saat gencatan senjata berakhir.
Baca Juga: Joe Biden Sama seperti Hamas Ingin Perpanjang Gencatan Senjata, Bagaimana Netanyahu?
Spanyol, yang mendesak Israel untuk menghentikan serangannya, juga mengutuk serangan Hamas.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez menyatakan inilah waktunya bagi komunitas internasional dan Uni Eropa untuk mengakui negara Palestina.
Itu dia katakan selama perjalanan bersama mitranya dari Belgia ke Israel, Palestina, dan Mesir pada pekan lalu. Pernyataan tersebut memicu pemanggilan duta besar Belgia dan Spanyol oleh Israel.
Menteri Luar Negeri Spanyol José Albares menyatakan, "Hamas tidak dapat menjadi bagian dari solusi."
Hamas mengusir pasukan Otoritas Palestina yang diakui secara internasional, dari Gaza pada 2007.
Uni untuk Mediterania, organisasi antarpemerintah yang melibatkan 27 anggota Uni Eropa dan 16 dari Mediterania selatan dan timur, termasuk Israel, Otoritas Palestina, Mesir, Lebanon, dan Yordania, telah menjadi platform untuk kerja sama.
Uni Eropa adalah penyedia bantuan terbesar di dunia untuk Palestina dengan dana hampir 1,2 miliar euro (USD1,3 miliar) yang dialokasikan untuk 2021-2024.
Uni Eropa juga adalah mitra perdagangan terbesar Israel, menyumbang 28,8 persen dari perdagangan barangnya tahun lalu.
Dilansir Al Jazeera, Senin, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober, telah menewaskan sedikitnya 14.854 warga Palestina.
Menurut Kantor PBB untuk Urusan Koordinasi Kemanusiaan (OCHA), sedikitnya 215 warga Palestina termasuk 55 anak-anak, dibunuh pasukan Israel di Tepi Barat, wilayah Palestina lainnya yang diduduki Israel, sejak 7 Oktober.
Sedikitnya delapan lainnya, termasuk satu anak, dibunuh para pemukim Israel di Tepi Barat yang terus meningkatkan serangan sejak serangan ke Gaza dimulai.
Sementara di Israel, sebanyak 1.200 orang tewas.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press