Tidak Hanya Serang Pasukan Perdamaian PBB, Israel Tembaki Mobil Warga dan Petani di Lebanon Selatan
Kompas dunia | 26 November 2023, 19:12 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Pasukan militer Israel selain menembaki patroli pasukan PBB hari Sabtu, (25/11/2023), mereka juga menembaki mobil warga dan mengintimidasi petani dengan tembakan berat di wilayah Lebanon dekat perbatasan selatan dengan Israel pada hari yang sama.
Ternyata tindakan militer Israel menembaki warga Lebanon sudah berlangsung dua hari berturut-turut, seperti laporan Anadolu, Minggu, (26/11/2023), “Pasukan musuh Israel membuka tembakan ke mobil milik warga M.A. di area Al-Ouazzani, Marjayoun," kata Kantor Berita Nasional resmi Lebanon, Sabtu, (25/11/2023).
“Lima peluru menghantam mobil, dan ditemukan tidak ada yang cedera,” kata kantor berita Lebanon, mencatat setelah kejadian, "patroli Tentara Lebanon tiba dan mengevakuasi warga dari area tersebut."
Dalam insiden lain, media melaporkan pasukan Israel melakukan rentetan tembakan senjata berat ke udara untuk "mengintimidasi" petani yang bekerja di tanah mereka di wilayah perbatasan Wadi Hunayn.
"Ketenangan yang menegangkan di selatan Lebanon juga terganggu oleh suara peluru kendali Israel yang meledak di wilayah udara kota-kota Meiss Ej Jabal dan Blida di distrik Marjayoun pada pukul 2:30 pagi (00.30GMT)," demikian dilansir kantor berita Lebanon.
Sebelumnya pada hari Sabtu, (25/11/2023), Israel menembaki patroli Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL). Insiden ini terjadi di dekat Desa Aytaroun di wilayah selatan Lebanon.
Baca Juga: Israel Serang Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, Tempat Pasukan Indonesia Bertugas
Meskipun tidak ada korban di pihak pasukan perdamaian, kendaraan patroli mengalami kerusakan berat. Pernyataan melalui platform media sosial X oleh UNIFIL menegaskan serangan ini terjadi selama periode ketenangan relatif di sepanjang Garis Biru.
Garis Biru, yang ditetapkan oleh PBB pada tahun 2000, menandai zona penarikan pasukan Israel dari Lebanon, "Pihak UNIFIL mengutuk tindakan ini dan menekankan tanggung jawab pihak terlibat dalam melindungi pasukan perdamaian, menghindari risiko tidak perlu bagi mereka yang berusaha menjaga stabilitas," kata pernyataan UNIFIL.
"Penting untuk diingatkan bahwa kewajiban pihak terkait adalah melindungi pasukan perdamaian dan menghindari mengancam keselamatan pria dan wanita yang bekerja keras untuk memulihkan stabilitas," kata pernyataan tersebut.
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Selatan Lebanon terdiri dari hampir 10.000 personel dari 49 negara, dengan Indonesia memiliki kontingen terbesar. Sumber-sumber PBB mencatat bahwa Indonesia mengerahkan 1.232 prajurit, menjadikannya kontingen terbesar.
Pada Maret 2023, Kemlu Indonesia mengumumkan pengerahan 1.090 prajurit di wilayah Selatan Lebanon. Data Agustus 2023 menunjukkan pasukan Indonesia adalah tulang punggung UNIFIL PBB dengan 1.232 prajurit, diikuti oleh Italia (1.103 tentara), Nepal (874 tentara), India (893 tentara), Malaysia (833 tentara), dan Prancis (652 tentara).
Baca Juga: Hizbullah - Israel Memanas, Pasukan UNIFIL Asal Indonesia Gelar Latihan Persiapan Situasi Terburuk
Pertengahan Oktober, markas UNIFIL di Naqoura Lebanon Selatan diserang artileri. Meskipun tidak ada korban jiwa, UNIFIL menyampaikan kekecewaannya terkait berlanjutnya kekerasan, meskipun misi ini berusaha meredakan situasi.
UNIFIL, misi pasukan perdamaian PBB, dibentuk untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari selatan Lebanon pada tahun 1978 dan memperluas perannya setelah perang antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.
Ketegangan meluas di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel akibat pertukaran tembakan sporadis antara pasukan Israel dan Hezbollah, dalam bentrokan paling mematikan sejak kedua belah pihak terlibat dalam perang skala penuh pada tahun 2006.
Ketegangan perbatasan ini terjadi seiring dengan serangan militer Israel di Jalur Gaza menyusul serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober.
Jeda kemanusiaan selama empat hari antara pasukan Israel dan kelompok Palestina Hamas mulai berlaku pada Jumat pagi di seluruh wilayah Jalur Gaza, menghentikan sementara serangan untuk pertukaran tahanan dan bantuan.
Hezbollah menyatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan mematuhi jeda kemanusiaan selama empat hari antara Israel dan Hamas di Gaza, meskipun tidak menjadi bagian dari kesepakatan tersebut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu / France24