> >

Geger Presiden Jokowi Sentil Keras Negara Besar Saat Kuliah Umum di Universitas Georgetown

Kompas dunia | 15 November 2023, 06:45 WIB
Presiden Indonesia Joko Widodo saat memberikan kuliah umum di Georgetown University, hari Selasa, (14/11/2023) menjelaskan alasan Indonesia sukses memimpin G20 dan ASEAN di saat dunia sedang panas dan terbelah tajam, sekaligus menyentil keras negara maju dan negara besar yang tidak mau mendengarkan, sering memaksakan kehendak, bahkan kerap disertai ancaman. (Sumber: Kemlu RI)

Dalam mengelola keberagaman, tegas mantan Gubernur DKI Jakarta itu, Indonesia punya Pancasila. 

Baca Juga: Presiden Jokowi di Georgetown University Paparkan Pancasila, Keberagaman, dan Kebijakan Luar Negeri

Bagi Indonesia, lanjut Presiden Jokowi, kompetisi dan rivalitas adalah wajar. Kompetisi Amerika Serikat dan China, kompetisi Timur dan Barat, itu semua normal dan alami.

"Perbedaan adalah hal biasa, tapi yang paling penting, harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan konflik terbuka yang dipicu ketidakstabilan kawasan." tegas dia.

Yang paling penting, ungkapnya, adalah komunikasi, ruang dialog, kolaborasi dan kerja sama adalah kunci untuk mencapai stabilitas dan perdamaian di kawasan maupun dunia.  

Lebih lanjut Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia selalu terbuka untuk kerja sama dengan negara manapun, dan tidak berpihak kepada kekuatan manapun, kecuali pada perdamaian dan kemanusiaan.

Lebih jauh saat menjawab pertanyaan, Jokowi menekankan pentingnya peningkatan hubungan Indonesia dan Amerika Serikat sehingga kini mencapai status Kemitraan Strategis yang Komprehensif.

"Amerika adalah negara besar, pengaruhnya kepada negara manapun sangat besar dan ekspor Indonesia ke Amerika juga sangat besar. Oleh sebab itu ruang harus dibuka lebar-lebar untuk memperkuat kerja sama, terkait urusan perdagangan, ekonomi, investasi, mineral kritis, dan transisi energi."

"Sebagai negara yang kaya mineral kritis dan potensi energi hijau, Indonesia dapat menjadi partner bagi Amerika Serikat karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, timah nomer dua terbesar di dunia, dan energi hijau; Indonesia memiliki potensi 3.600 megawatt yang nantinya bisa digunakan untuk memproduksi produk-produk hijau untuk ekonomi hijau yang bisa kita kembangkan bersama-sama," tandas Jokowi.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kemlu RI / Kompas TV


TERBARU