Kisah Ketangguhan Anak-Anak Gaza: Lantunkan Al-Qur'an sampai Menjerit saat Dioperasi tanpa Anestesi
Kompas dunia | 10 November 2023, 23:05 WIB"Ini menyakitkan bagi tim medis. Ini bukan hal yang sederhana. Ini hanya pilihan antara pasien menderita atau kehilangan nyawanya," katanya.
Di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, direktur Dr. Mohammad Zaqout mengatakan pada awal perang, pasokan anestesi habis total, sampai truk bantuan diizinkan masuk.
"Beberapa prosedur dilakukan tanpa anestesi, termasuk operasi caesar pada perempuan, dan kami juga terpaksa menjalankan beberapa operasi luka bakar dengan cara itu juga," kata Zaqout.
Baca Juga: Palestina: Israel Perluas Serbuan ke Tepi Barat dan Yerusalem, Ingin Usir Seluruh Rakyat Palestina
Dia mengatakan seluruh staf rumah sakit melakukan yang terbaik untuk mengurangi rasa sakit pasien dengan obat lain yang lebih lemah, walau hal ini tidak memadai. Apa boleh buat.
"Ini bukanlah solusi ideal untuk pasien di dalam ruang operasi, yang ingin kita operasi dengan anestesi penuh," katanya.
Selama 12 hari pertama perang, tidak ada bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza. Pada 21 Oktober 2023, konvoi truk bantuan pertama masuk melalui Rafah di perbatasan dengan Mesir.
Sejak itu, beberapa konvoi masuk, tetapi PBB dan kelompok bantuan internasional mengatakan bantuan yang diberikan tidak sebanding dengan skala yang dibutuhkan untuk meredakan bencana kemanusiaan.
Zaqout menambahkan, sementara kekurangan anestesi mulai mereda di rumah sakit tempatnya bekerja berkat pengiriman bantuan, masih ada kekurangan parah di Al Shifa dan Rumah Sakit Indonesia, keduanya berada di daerah yang sangat dibom di utara Gaza.
Usai Agresi Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat, jumlah kematian akibat dibunuh Israel melonjak menjadi paling sedikit 10.966 warga sipil, dengan lebih dari 28.500 individu terluka, demikian yang diumumkan Kementerian Kesehatan Gaza Kamis malam (9/11/2023)
Jumlah kematian akibat dibunuh tentara Israel di Jalur Gaza mencapai 10.790 warga sipil, sementara jumlah kematian di Tepi Barat meningkat menjadi 176 orang. Selain itu, 26.000 warga Palestina terluka di Gaza, dan hampir 2.450 lainnya di Tepi Barat seperti laporan kantor berita Palestina WAFA, Jumat (10/11/2023).
Pada tanggal 29 Oktober, kata kementerian, dilaporkan bahwa sekitar 2.650 warga Palestina, termasuk setidaknya 1.400 anak, hilang, yang mungkin terjebak atau tewas di bawah reruntuhan, menunggu penyelamatan.
Dari 35 rumah sakit di Gaza, 18 rumah sakit saat ini tidak beroperasi karena kampanye pengeboman Israel dan habisnya cadangan bahan bakar.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times / WAFA / Kompas TV