DK PBB Gagal Sepakat soal Konflik Gaza, Kisruh soal Diksi Jeda atau Gencatan Senjata Kemanusiaan
Kompas dunia | 7 November 2023, 15:50 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Dewan Keamanan Perserikataan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kembali gagal mencapai kesepakatan resolusi perang Israel-Hamas, Senin (6/11/2023) waktu New York, Amerika Serikat. Permasalahannya berkutat pada masalah diksi atau pemilihan kata.
Amerika Serikat (AS) mendukung istilah humanitarian pauses atau jeda kemanusiaan, sementara banyak anggota DK PBB menuntut menggunakan diksi humanitarian ceasefire atau gencatan senjata kemanusiaan demi pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan dan untuk mencegah kematian lebih banyak warga sipil di Gaza.
Meskipun sudah melakukan diskusi tertutup selama dua jam pada Senin (6/11/2023) waktu New York, jurang perbedaan masih sangat dalam.
"Kami telah berbicara tentang jeda kemanusiaan dan kami tertarik untuk mengejar bahasa terkait itu," kata Duta Besar Amerika Serikat Robert Wood kepada para wartawan setelah pertemuan. "Namun, masih ada perbedaan pendapat di dalam dewan mengenai apakah itu dapat diterima."
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya mengatakan ia ingin gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza dan menghentikan "eskalasi yang makin parah" di Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.
Guterres mengatakan, hukum kemanusiaan internasional, yang menuntut perlindungan warga sipil dan infrastruktur yang esensial bagi kehidupan mereka, jelas sedang dilanggar Israel. Ia menekankan, "Tak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas" hukum-hukum ini.
Ia meminta pembebasan tak bersyarat segera dari sandera-sandera yang diambil oleh Hamas dari Israel ke Gaza dalam serangan mereka pada 7 Oktober.
Baca Juga: PBB: Setiap 10 Menit, Seorang Anak Palestina Mati Dibunuh Israel dalam Serangan ke Gaza
China, yang menjabat sebagai presiden Dewan Keamanan bulan ini, dan Uni Emirat Arab, perwakilan Arab di Dewan Keamanan PBB, menyelenggarakan pertemuan hari Senin ini karena "krisis kemanusiaan" di Gaza, di mana lebih dari 10.000 orang tewas terbunuh serangan brutal Israel dalam waktu kurang dari sebulan.
Duta Besar Uni Emirat Arab, Lana Nusseibeh, mengatakan seluruh 15 anggota dewan "terlibat sepenuhnya" dan upaya akan terus dilakukan untuk mencoba menyusutkan kesenjangan dan mencapai kesepakatan atas resolusi.
Setidaknya 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 wanita, tewas terbunuh serangan Israel di Jalur Gaza dan 159 warga sipil Palestina juga tewas dan 2.250 luka-luka oleh pasukan Israel di Tepi Barat dalam periode yang sama.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian hampir 50 persen warga Palestina sejak 7 Oktober adalah anak-anak, menunjukkan sekitar lima anak tewas setiap jam di Gaza.
LSM berbasis di Inggris, Save The Children, mengungkapkan jumlah anak-anak yang tewas di Palestina dalam tiga minggu terakhir saja melampaui jumlah korban tewas dalam konflik di seluruh dunia pada tahun 2020, 2021, dan 2022.
Baca Juga: Situasi di Gaza Makin Mencekam, Israel Dikabarkan akan Menerobos Gaza dalam 48 Jam ke Depan
Israel membombardir Rumah Sakit Al-Ahli Arabi Baptist dan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, menewaskan ribuan warga sipil, sementara juga menargetkan sekitar rumah sakit yang terafiliasi dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dan Indonesia.
Fasilitas perawatan kesehatan terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, di mana ribuan orang luka dan warga sipil mencari perlindungan, juga menjadi sasaran dari tentara Israel.
Israel dituduh melakukan kejahatan perang karena serangannya yang secara langsung menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil di Jalur Gaza, serta pemblokiran pasokan makanan, air, listrik, bahan bakar, dan obat-obatan vital ke Gaza.
Menurut Konvensi Jenewa 1949, "Rumah sakit sipil yang memberikan perawatan kepada yang terluka dan sakit, orang yang lemah, dan kelahiran, dalam keadaan apa pun tidak boleh menjadi objek serangan, namun harus selalu dihormati dan dilindungi oleh mereka yang terlibat konflik."
Dalam serangan lintas batas yang telah berlangsung sejak 8 Oktober antara tentara Israel dan Hizbullah, 61 anggota kelompok Lebanon dan empat tentara Israel tewas.
Menurut Israel, 30 tentara telah tewas dalam bentrokan di Gaza sejak 31 Oktober, sementara sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam menyandera 242 warga Israel.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press / Anadolu