Peringatan Keras Rusia: Pengosongan Gaza dari Warga Sipil Mengancam Pembentukan Negara Palestina
Kompas dunia | 5 November 2023, 20:05 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, hari Jumat (3/11/2023), memberi peringatan keras, pemindahan paksa penduduk Palestina dari tanah mereka di Gaza keluar dari Gaza adalah ancaman nyata pembentukan negara Palestina.
Dalam konferensi pers di Moskow usai bertemu Menlu Kuwait Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah, Lavrov menyatakan, dalam hal ini, Palestina akan berakhir dalam "kehidupan tanpa hak apapun," seperti laporan Anadolu, Sabtu (4/11/2023).
"Kami sangat waspada terhadap rencana yang menghancurkan prospek pembentukan negara Palestina, dan mengakibatkan nasib warga Palestina terkungkung dalam keberadaan tanpa hak selamanya," kata Lavrov.
Lavrov menekankan implementasi rencana pemindahan paksa rakyat Palestina keluar dari Gaza tidak akan membawa perdamaian ke wilayah tersebut; sebaliknya, "angkara murka" akan segera tumbuh dan meledak.
"Oleh karena itu, sebelum ada lebih banyak tindakan sembrono, lebih baik berkumpul dan sepakati bagaimana melaksanakan keputusan Dewan Keamanan. Ini satu-satunya cara untuk memastikan perdamaian dan keamanan di wilayah yang sangat kompleks dan sensitif ini," kata Lavrov memperingatkan.
Rusia mendukung tindakan segera untuk mengamankan gencatan senjata secepatnya, membuka jalur kemanusiaan untuk mencegah korban lebih lanjut, dan memberikan bantuan penting kepada warga sipil yang terkena dampak, ungkapnya.
Baca Juga: Menteri Israel Ucapkan Seruan Genosida, Sebut Pihaknya Mungkin Jatuhkan Bom Nuklir di Gaza
Sementara itu, Menlu Kuwait mengatakan negaranya adalah salah satu negara pertama pengirim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Hingga Jumat, 11 pesawat telah mengirimkan lebih dari 400 ton barang bantuan kepada warga Palestina.
Jumlah kematian akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah mencapai 9.500, dengan lebih dari setengah dari korban adalah wanita dan anak-anak, seperti yang diumumkan oleh kantor media pemerintah di Jalur Gaza pada hari Sabtu.
"Jumlah korban yang dibunuh Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober sudah 9.500, termasuk 3.900 anak-anak dan 2.509 wanita," kata Salama Marouf, kepala kantor media pemerintahan di Gaza dalam konferensi pers hari Minggu, (5/11/2023)
Marouf menambahkan, "Serangan Israel juga menghancurkan 55 masjid, tiga universitas, tiga gereja, dan lima bangunan milik Kementerian Wakaf dan Urusan Keagamaan di Gaza."
Tentang kerugian di sektor kesehatan, dia mengatakan, "Enam belas rumah sakit, 32 pusat perawatan utama, dan 27 ambulans rusak, ditambah dengan 105 lembaga medis lainnya."
Dalam hal bangunan perumahan, serangan Israel menyebabkan, menurut Marouf, "penghancuran 8.500 rumah dan 40.000 unit perumahan, serta kerusakan pada 220.000 unit lainnya, ditambah dengan kerusakan pada 88 gedung pemerintahan dan 220 sekolah, di mana 60 di antaranya harus menghentikan layanan."
Baca Juga: PBB: Bendera Kami Tak Mampu Lagi Lindungi Nyawa Warga Palestina, Sudah Tidak Ada Tempat Aman di Gaza
"Pendudukan Israel semakin meningkatkan tindakan kejahatannya dalam 24 jam terakhir, yang bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke wilayah ini," ujarnya.
Marouf menekankan, "Pendudukan ini bertujuan untuk menghapus semua aspek kehidupan di utara Jalur Gaza dan Kota Gaza, dengan kejahatan dan pembantaian."
Marouf memperingatkan akan "niat jahat pendudukan untuk menyerang lebih banyak rumah sakit," sambil mendesak "intervensi segera untuk mengirimkan bahan bakar ke rumah sakit guna menyelamatkan nyawa."
Pesawat Israel meningkatkan serangan mereka di berbagai wilayah di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir, menargetkan rumah sakit dan sekolah yang menjadi tempat perlindungan ribuan warga sipil yang terlantar, yang mengakibatkan puluhan kematian dan luka.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan 15 warga Palestina tewas dibunuh dan lebih dari 70 lainnya terluka akibat serangan Israel yang menargetkan Sekolah Al-Fakhoura yang terafiliasi dengan lembaga PBB UNRWA, di kamp pengungsi Jabalia di utara Jalur Gaza.
Penduduk Gaza menderita situasi kemanusiaan dan kesehatan yang kritikal, dengan sekitar 1,4 juta orang dari total 2,3 juta terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Anadolu / TASS