Bank Dunia: Harga Minyak Bisa Melejit Tidak Karuan jika Perang Israel-Hamas Meluas
Kompas dunia | 31 Oktober 2023, 02:15 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Bank Dunia, Senin (30/10/2023), mengeluarkan laporan yang menemukan bahwa harga minyak bisa melejit tidak karuan jika kekerasan antara Israel dan Hamas semakin mengganas. Meluasnya perang juga dapat mengakibatkan lonjakan harga makanan di seluruh dunia.
Outlook Pasar Komoditas Bank Dunia menemukan, dampak terhadap harga minyak diprediksi terbatas jika konflik tidak meluas.
Namun pandangan tersebut "akan menjadi lebih suram dengan cepat jika konflik ini mengganas."
Serangan yang dilancarkan oleh kelompok Hamas ke Israel dan operasi militer balasan Israel memunculkan ketakutan akan kemungkinan konflik lebih luas di Timur Tengah.
Ancaman eskalasi masih mengintai. Tank dan pasukan infanteri Israel merangsek ke Gaza, wilayah Palestina yang berada di bawah blokade Israel sejak 2007, akhir pekan lalu ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan tahap kedua serangan.
Hamas meminta bantuan lebih lanjut dari sekutu regional mereka, termasuk kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Laporan Bank Dunia mensimulasikan tiga skenario untuk pasokan minyak global dalam kasus gangguan kecil, sedang, dan besar.
Dalam skenario "gangguan kecil," dampaknya diprediksi terbatas, dan harga minyak diperkirakan akan turun dari level saat ini, yaitu sekitar USD90 per barel, menjadi rata-rata USD81 per barel tahun depan, menurut perkiraan Bank Dunia.
Dalam skenario "gangguan sedang," yang setara dengan gangguan yang terjadi selama perang di Irak, pasokan minyak global sekitar 100 juta barel per hari akan berkurang sebanyak 3 hingga 5 juta barel per hari, yang bisa mendorong kenaikan harga minyak hingga 35 persen.
Dalam skenario "gangguan besar," yang sebanding dengan embargo minyak Arab pada tahun 1973, pasokan minyak global akan menyusut sebanyak 6 hingga 8 juta barel per hari, dan harga bisa melonjak sebesar 56 persen hingga 75 persen, atau mencapai kisaran USD140 hingga USD157 per barel, menurut laporan tersebut.
Baca Juga: Peringatan Bank Dunia: Perekonomian Dunia 2023 Berisiko Resesi, Proyeksi Pertumbuhan Dunia 1,7%
Indermit Gill, ekonom kepala Bank Dunia, menyatakan serangan Rusia ke Ukraina mengganggu ekonomi global "yang masih berlanjut hingga saat ini."
"Jika konflik ini meningkat, ekonomi global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, bukan hanya dari perang di Ukraina tetapi juga dari Timur Tengah," kata Gill.
Ayhan Kose dari Bank Dunia mengatakan kenaikan harga minyak akan mengakibatkan kenaikan harga makanan.
"Jika guncangan harga minyak yang parah benar-benar terjadi, itu akan mendorong inflasi harga makanan yang saat ini saja sudah tinggi di banyak negara berkembang, sebagai akibat dari serangan Rusia di Ukraina," ujar Kose.
"Eskalasi konflik terbaru akan memperburuk ketidakamanan pangan, tidak hanya dalam wilayah tersebut tetapi juga di seluruh dunia," imbuhnya.
Secara keseluruhan, harga minyak sudah naik sekitar 6 persen sejak awal konflik dimulai. Emas yang cenderung naik selama periode konflik, juga melonjak sekitar 8 persen, menurut Bank Dunia.
Meskipun demikian, beberapa analis skeptis Amerika Serikat akan mengalami kekurangan minyak yang masif, mengingat produksi minyak AS saat ini berada pada tingkat tertinggi sepanjang sejarah.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol mengatakan antara serangan Rusia dan kekerasan terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza, "tak ada yang bisa meyakinkan saya bahwa minyak dan gas adalah pilihan energi yang aman dan pasti bagi negara-negara atau konsumen."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press