Israel Tolak Seruan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Majelis Umum PBB, Menyebutnya Tercela
Kompas dunia | 28 Oktober 2023, 08:29 WIBTEL AVIVI, KOMPAS.TV - Israel menolak seruan gencatan di Gaza yang telah disetujui oleh Majelis Umum PBB.
Bahkan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menegaskan seruan yang diumumkan Jumat (27/102/2023) adalah sesuatu yang tercela.
Majelis Umum PBB memilih menyetujui resolusi yang menyerukan penghentian segara permusuhan dalam perang antara Israel dan Hamas.
Sebanyak 120 negara mendukung resolusi tersebut, sementara 14 negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Israel menentangnya.
Baca Juga: Indonesia Tegaskan Komitmen Pengembangan KFX/IFX, Korea Selatan Tunggu RI Bayar Kewajiban
Sebanyak 45 negara lainnya abstain dalam pemungutan suara.
“Kami menolak seruan tercela Majelis Umum PBB untuk melakukan gencatan senjata,” kata Cohen di media sosial X dikutip dari CNN.
“Israel bermaksud melenyapkan Hamas sama seperti dunia menghadapi Nazi dan ISIS,” ujarnya.
Pada pidatonya setelah resolusi tersebut dikeluarkan, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan langsung memojokkan badan dunia itu.
“Hari ini adalah hari yang akan mengalami keburukan. Kita semua telah menyaksikan bahwa PBB tak lagi memiliki legitimasi atau relevansi sedikit pun,” ujarnya.
“Mayoritas komunitas internasional telah menunjukkan bahwa mereka lebih memilih mendukung pertahanan teroris Nazi, daripada mendukung negara Israel yang taat hukum untuk membela warga sipilnya,” ujar Erdan.
Baca Juga: PBB: Israel Tolak Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza Utara, Nyawa 400.000 Orang Warga Palestina Terancam
Meski menegaskan bertujuan menghancurkan Hamas, serangan Israel sendiri lebih banyak mengorbankan rakyat sipil Palestina di Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, korban jiwa akibat serangan Israel telah mencapai lebih dari 6.600 orang.
Blokade total pun dilakukan Israel ke kota yang sudah diisolir sejak 2007 tersebut oleh negara zionis itu.
Termasuk memutus pasokan listrik, minuman, makanan dan bahan bakar ke Gaza.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : CNN