OKI Keras ke Israel, Kutuk Kritikan Negara Zionis ke Sekjen PBB yang Bela Rakyat Palestina
Kompas dunia | 27 Oktober 2023, 12:15 WIBJEDDAH, KOMPAS.TV - Organisasi Kerjasama Negara Islam (OKI) bertindak keras ke Israel setelah negara zionis itu mengkritik Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
OKI, yang mewakili 57 negara melalui pernyataannya dengan keras mengutuk kritikan Israel tersebut.
“Kami dengan tegas mengutuk atas pernyataan Israel yang tak memiliki rasa hormat dan mengintimidasi Sekjen PBB Antonio Guterres,” bunyi pernyataan OKI dikutip dari BBC, Jumat (27/10/2023).
Baca Juga: Korban Jiwa Serangan Israel ke Jalur Gaza Tembus 7.000, Termasuk 3.000 Anak-Anak
Pernyataan itu dikeluarkan OKI setelah Israel menyerukan Sekjen PBB untuk mengundurkan diri karena pernyataannya.
Sebelumnya, Guterres mengungkapkan bahwa serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober tersebut tak terjadi begitu saja, dan terjadi setelah puluhan tahun penderitaan akibat pendudukan.
“Namun keputusasaan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan Hamas,” kata Guterres pada pidatonya di PBB, Selasa (24/10/2023).
Ia pun menegaskan bahwa serangan Hamas itu tak bisa menjustifikasi hukuman koletif terhadap rakyat Palestina.
Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menggambarkan pidato Guterres tersebut sebagai pengertian terhadap terorisme dan pembunuhan.
OKI menilai kritikan lsrael tersebut menegaskan negara zionis itu telah melakukan tindakan pemaksaan politik terhadap PBB.
Baca Juga: Jurnalis Al Jazeera Pimpin Salat Jenazah Istri-Anak-Cucu yang Dibom Israel: Kami Akan Tetap Bersuara
Sejak serangan dilakukan Hamas ke wilayah Israel yang dilaporkan merenggut nyawa 1.400 warganya, Israel memosisikan diri sebagai korban.
Padahal, serangan balasan yang dilakukannya ke Gaza, dengan dalih menghancurkan Hamas merenggut lebih dari 6.000 korban jiwa warga sipil Palestina.
Bahkan Israel memutus pasokan listrik, makanan, air bersih, dan alat-alat medis serta bahan bakar ke Gaza, yang sudah diblokade total oleh negara Zionis itu sejak 2007.
Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah
Sumber : BBC