Ketidakmampuan PBB Selamatkan Nyawa Penduduk Palestina Disebut Kegagalan Luar Biasa
Kompas dunia | 21 Oktober 2023, 23:50 WIBGAZA, KOMPAS.TV - Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Wilayah Palestina yang Diduduki, Francesca Albanese menyebut ketidakmampuan komunitas internasional dan PBB melindungi penduduk Palestina yang dibombardir Israel dua pekan belakangan sebagai "kegagalan luar biasa".
Albanese menyebut ia tidak melihat satu pun strategi yang ditunjukkan PBB untuk menghentikan pengeboman dan pembunuhan sipil di Gaza.
"Saya tidak melihat sebuah strategi PBB. Saya tidak melihat strategi politik apa pun untuk menghentikan pembantaian warga sipil sesuai apa yang dibutuhkan hukum internasional untuk menghentikan kejahatan luar biasa," kata Albanese dikutip Anadolu, Jumat (20/10/2023).
Baca Juga: Dokter RS Indonesia Sebut Israel Pakai Senjata Tak Biasa: Timbulkan Luka Bakar Derajat IV
Albanese menegaskan, operasi pengeboman yang diluncurkan Israel saat ini di Gaza tidak bisa dikatakan sebagai "pertahanan diri". Lebih dari 4.000 penduduk Palestina tewas akibat bombardir Israel sejak 7 Oktober lalu, hampir setengahnya adalah anak-anak.
"Ini tidak bisa dikatakan sebagai pertahanan diri yang sah. Dalam konsep pertahanan diri, tidak ada yang namanya membantai warga sipil," kata advokat berkebangsaan Italia tersebut.
Albanese pun mendesak PBB untuk bertindak sesuai tanggung jawab untuk "menjaga perdamaian, keamanan, dan menyelamatkan nyawa". Ia menegaskan bahwa ketika negara-negara anggota tidak bisa memberi perlindungan, PBB bertanggung jawab untuk mengintervensi.
Francesca Albanese juga menyinggung tindakan Amerika Serikat (AS) memveto resolusi gencatan senjata di Dewan Keamanan PBB. Ia menyebut diperlukan tekanan politik untuk mendesakkan gencatan senjata di Gaza.
"Negara anggota yang sama, Amerika Serikat, yang memberi lebih banyak bantuan militer ke Israel pada saat kritis ini, tanpa memberi syarat untuk menghentikan kekerasan di kedua pihak sekarang," kata Albanese.
"Ini tidak bisa diterima, Dewan Keamanan tidak bisa bergerak karena suara AS. Tidak akan mungkin menggerakkannya tanpa tekanan politis dari luar," lanjutnya.
Albanese menambahkan bahwa penyelidikan PBB soal kejahatan perang telah dibuka Komisi Penyelidikan untuk Israel dan Palestina sepekan lalu. Komisi ini bertugas mengumpulkan informasi dan bukti kejahatan perang atau kejahatan lain yang dilalukan semua pihak yang terlibat sejak 7 Oktober lalu.
Per Sabtu (21/10), gempuran Israel di Gaza telah menewaskan 4.385 orang, termasuk 1.756 anak dan 967 perempuan. Sekitar 13.561 orang terluka akibat serangan Israel dan masih banyak penduduk yang terjebak reruntuhan.
Baca Juga: Ratusan Staf Uni Eropa Kecam Dukungan Berlebihan Pemimpinnya untuk Israel, Disebut Tak Terkontrol
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV