> >

Hamas: Rusia Bisa Mediasi Konflik Palestina, karena Kami Menghormati Pendapat Putin

Kompas dunia | 15 Oktober 2023, 08:00 WIB
Ali Baraka, pejabat Hamas. Kelompok Palestina Hamas percaya Rusia mampu memainkan peran kunci bahkan memediasi untuk mengakhiri eskalasi militer di Timur Tengah yang dipicu oleh agresi Israel. (Sumber: Wall Street Journal)

BEIRUT, KOMPAS.TV - Kelompok Palestina Hamas percaya Rusia mampu memainkan peran kunci bahkan memediasi untuk mengakhiri eskalasi militer di Timur Tengah yang dipicu oleh agresi Israel.

"Gerakan Hamas punya tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap Rusia dan Presiden Vladimir Putin, sehingga kami akan menyambut mediasi Rusia dalam menyelesaikan konflik ini," kata Kepala Hubungan Nasional Hamas di Luar Negeri, Ali Baraka. 

"Kami tertarik untuk segera mengakhiri penderitaan warga sipil akibat serangan udara Israel dan blokade brutal di Jalur Gaza." tambahnya seperti laporan TASS, Minggu (15/10/2023).

Pejabat senior Hamas mengatakan kepemimpinan gerakan tersebut berada dalam kontak terus-menerus dengan Moskow.

"Kami siap untuk kemungkinan pertemuan dengan diplomat Rusia di salah satu negara Arab dan kami menyambut upaya mereka," katanya.

Menurut Ali Baraka, rakyat Palestina sangat menghargai sikap Putin. 

"Kami mengikuti pernyataan pemimpin Rusia di mana dia menilai perkembangan regional," kata Baraka.

"Kami melihat Rusia sebagai kekuatan yang berdiri untuk hukum internasional dan mencari keadilan bagi yang tertindas."

Menurut Baraka bagi rakyat Palestina, suara Rusia yang membela mereka dan tuntutan Moskow untuk menghentikan agresi, mengangkat blokade di Jalur Gaza, dan melanjutkan pengiriman bantuan kemanusiaan adalah sangat penting.

Sebelumnya kelompok Hamas menghargai posisi Presiden Rusia Vladimir Putin dan upaya Moskow untuk menyelesaikan situasi di Jalur Gaza, menurut pernyataan kelompok tersebut yang dipublikasikan di kanal Telegram mereka seperti yang dilaporkan oleh TASS, Sabtu, (14/10).

Baca Juga: Putin Salahkan AS atas Perang Palestina-Israel, Rusia Menolak Sebut Hamas Teroris

"Hamas menghargai posisi Presiden Rusia Vladimir Putin terkait agresi Zionis yang sedang berlangsung terhadap rakyat kami dan fakta beliau tidak menerima blokade Jalur Gaza, penghentian bantuan kemanusiaan, dan serangan terhadap warga sipil yang tak bersenjata. Kami tegaskan, kami menyambut upaya Rusia yang gigih untuk menghentikan agresi sistematis dan brutal Zionis terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza," demikian pernyataan tersebut.

Sebelumnya, pemimpin Rusia mengatakan bahwa Israel memang telah menjadi sasaran serangan brutal Hamas, tetapi penyelesaian konflik hanya mungkin melalui pendirian Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Dalam kasus operasi darat Israel di Gaza, Rusia tidak akan bisa menerima jatuhnya korban warga sipil.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, menyatakan evakuasi paksa warga Gaza adalah pelanggaran hak asasi manusia, menambahkan pertukaran serangan antara Israel dan Palestina harus dihentikan.

Seperti diberitakan Kompas.tv sebelumnya, ketegangan kembali memanas di Timur Tengah pada tanggal 7 Oktober pekan lalu ketika kelompok militan dari gerakan Palestina Hamas melakukan serangan mengejutkan ke wilayah Israel dari Jalur Gaza.

Hamas menggambarkan serangannya sebagai respons terhadap tindakan agresif pihak berwenang Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.

Baca Juga: Apa Itu Gerakan Fatah dan Kelompok Hamas yang Ada di Palestina?

Warga dari utara Gaza mengungsi ke selatan menggunakan gerobak keledai usai militer Israel memerintahkan evakuasi sekitar 1,1 juta penduduk di utara Gaza dalam kurun 24 jam, Jumat (13/10/2023). (Sumber: Hatem Moussa/AP Photo)

Setelah itu Israel mengumumkan blokade total Jalur Gaza sambil terus melancarkan serangan roket ke Gaza serta beberapa wilayah di Lebanon dan Suriah.

Menurut data resmi terbaru, lebih dari 1.900 warga Palestina tewas sejak terjadinya kekerasan yang terjadi kembali, sementara lebih dari 7.700 lainnya mengalami luka-luka.

Di Israel, lebih dari 1.500 orang telah kehilangan nyawa mereka dan sekitar 4.000 telah terluka dalam bentrokan, termasuk di Tepi Barat Sungai Yordan.

Adapun Militer Israel pada Sabtu (14/10) kemarin mengumumkan mereka menyiapkan serangan "terkoordinasi" di Jalur Gaza yang melibatkan kekuatan udara, darat, dan laut, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press.

Dalam sebuah pernyataan di situs web mereka pada malam Sabtu, militer Israel mengatakan sedang mempersiapkan sejumlah rencana operatif serangan.

Israel memerintahkan sekitar setengah dari populasi Gaza untuk meninggalkan rumah mereka di Gaza Utara menjelang serangan darat yang akan jadi tanggapan Israel terhadap serangan brutal Hamas melintasi perbatasan. Israel belum mengumumkan kapan serangan akan dimulai.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : TASS / Associated Press


TERBARU