> >

Israel Perintahkan Warga Utara Gaza Evakuasi ke Selatan, Puluhan Tewas Dibom di Perjalanan

Kompas dunia | 14 Oktober 2023, 19:05 WIB
Asap dan api terlihat dari lokasi terdampak serangan udara Israel di Rafah, selatan Jalur Gaza, Jumat (13/10/2023). (Sumber: Hatem Ali/Associated Press)

GAZA, KOMPAS.TV - Puluhan warga Palestina dalam perjalanan evakuasi ke selatan Jalur Gaza dilaporkan terbunuh oleh serangan udara Israel, Jumat (13/10/2023). Badan media Hamas melaporkan bahwa 70 orang terbunuh dalam perjalanan evakuasi.

Hamas menyebut kebanyakan korban jiwa dalam insiden tersebut adalah wanita dan anak-anak. Perjalanan evakuasi warga Palestina dilaporkan dibombardir di tiga titik pada Jumat (13/10).

Baca Juga: Sudah 11 Wartawan Tewas karena Serangan Israel ke Gaza dan Lebanon, Terbaru Jurnalis Reuters

Sebelumnya, militer Israel memerintahkan sekitar satu juta penduduk di utara Gaza untuk mengevakuasi diri ke selatan dalam kurun 24 jam. Warga Palestina pun dilaporkan mulai mengevakuasi diri ke selatan di tengah gempuran serangan udara Israel.

Berbagai pihak mengecam perintah tersebut dan memperingatkan bahwa pemindahan paksa penduduk sipil merupakan pelanggaran hukum internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut pemindahan jutaan warga di zona perang dalam waktu singkat merupakan hal yang "mustahil."

Meskipun demikian, banyak warga Palestina yang bersikeras tetap tinggal di utara Gaza. Menurut pantauan Al Jazeera, Jumat (13/10), kendati terdapat gelombang pengungsi, tidak ada tanda eksodus massal.

"Rasanya tidak ada harapan, tidak ada yang peduli tentang Gaza atau apa yang terjadi kepada penduduknya," kata salah satu penduduk Gaza, Mansur Syuman, Jumat (13/10).

"Jika kami akan mati di sini, kami akan mati di rumah-rumah kami. Kami akan mati, baik di utara atau selatan. Kami akan mati dengan kepala tegak, berdiri di tanah kami, berdiri dengan hak-hak kami dan memegang teguh iman kami," lanjutnya.

Sejumlah organisasi pun memutuskan tetap tinggal di utara Gaza. Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengaku tetap akan beroperasi di sisi utara untuk membantu penduduk.

"Kendati ancaman penjajah untuk menembak, keputusan telah dibuat. Kami tidak pergi dan tidak akan pergi," demikian tulis pernyataan Bulan Sabit Merah Palestina.

"Tenaga medis kami akan tetap menjalankan tugas kemanusiaan mereka. Kami tidak akan membiarkan orang-orang mati sendirian," lanjut pernyataan tersebut.

Baca Juga: Murka, Erdogan Semprot Menlu AS Blinken atas Pendekatannya di Perang Palestina-Israel

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Al Jazeera


TERBARU