Blokade Israel atas Jalur Gaza Palestina yang Bikin Hamas Bilang "Cukup!"
Kompas dunia | 8 Oktober 2023, 21:40 WIBSejak 1993, Israel rutin menerapkan taktik "penutupan" terhadap wilayah Palestina. Ada kalanya Israel akan melarang seluruh warga Palestina di daerah-daerah tertentu untuk keluar, kadang sampai berbulan-bulan.
Pada 1995, Israel membangun pagar listrik dan tembok beton di seputar Jalur Gaza.
Pada 2000, saat meletusnya Intifada Kedua, Israel membatalkan banyak izin perjalanan dan bekerja warga Gaza dan mengurangi jumlah izin baru.
Pada 2001, Israel mengebom dan menghancurkan bandara Gaza, hanya tiga tahun sejak dibuka.
Pada 2005, Israel menarik sekitar 8.000 warganya yang tinggal secara ilegal di permukiman-permukiman di Jalur Gaza.
Setelah menarik pasukan dan warganya dari Jalur Gaza, Israel mengeklaim pendudukannya atas wilayah tersebut berakhir.
Namun, menurut hukum internasional, Jalur Gaza tetap merupakan wilayah yang berada di bawah pendudukan karena Israel memegang kontrol penuh.
Baca Juga: 2 Turis Israel Ditembak Mati Polisi di Mesir, 3 Warga Asia Tenggara Tewas di Israel
Pada 2006, Hamas memenangi pemilu dan terlibat perebutan kekuasaan dengan partai saingannya, Fatah, yang menolak mengakui hasil pemungutan suara.
Sejak Hamas berkuasa pada 2007, Israel semakin memperketat blokadenya atas Jalur Gaza.
Sejak blokade dimulai pada 2007, Israel telah melancarkan empat serangan militer besar ke Gaza yaitu pada 2008, 2012, 2014, dan 2021.
Serangan-serangan tersebut mengakibatkan ribuan warga Palestina terbunuh, termasuk anak-anak.
Serangan Israel pada 2008 berlangsung selama 23 hari dan menewaskan lebih dari 1.440 warga Palestina termasuk sedikitnya 920 warga sipil.
Pada 2012, pasukan Israel membunuh 167 warga Palestina, termasuk 87 warga sipil, dalam serangan yang berlangsung 8 hari. Warga sipil yang tewas termasuk 35 anak dan 14 perempuan.
Pada 2014, Israel kembali membombardir Jalur Gaza dalam 50 hari. Lebih dari 2.100 orang tewas, termasuk 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak.
Baca Juga: Prabowo Disebut Pimpin Rapat Mendadak soal Konflik Palestina-Israel: Rumah Sakit Indonesia Dibom
Selain menimbulkan korban jiwa, serangan Israel juga menghancurkan puluhan ribu rumah, sekolah, dan perkantoran.
Upaya pembangunan kembali sulit dilakukan karena Israel melarang masuknya bahan-bahan bangunan seperti baja dan semen, ke Jalur Gaza.
Menurut Badan Pusat Statistik Palestina, sekitar 56 persen warga Palestina di Gaza hidup dalam kemiskinan.
Pengangguran di kalangan anak muda (18-29 tahun) di Jalur Gaza mencapai 63 persen pada 2019.
Dilansir Al Jazeera, lebih dari 60 persen warga Gaza merupakan pengungsi yang terusir dari rumah mereka di wilayah-wilayah Palestina lainnya pada 1948.
Menurut data Unicef pada 2017, 70 persen warga Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan. Selain itu, mayoritas warga Gaza merupakan anak-anak di bawah umur 18 tahun.
Air bersih juga menjadi masalah di Jalur Gaza, di mana hanya kurang dari 5 persen airnya yang dinilai aman dikonsumsi.
Penulis : Edy A. Putra Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Al Jazeera