> >

Dukungan Barat untuk Ukraina Mulai Retak saat Eropa Timur dan AS Makin Dekat ke Pemilu

Kompas dunia | 23 September 2023, 23:20 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan Presiden Polandia Andrzej Duda di Lviv, Rabu, (11/9/23). Dukungan bagi Ukraina dari Barat dalam melawan Rusia mulai menunjukkan keretakan serius. Posisi politik di Polandia dan Slovakia, serta keraguan Partai Republik di AS tentang pengeluaran besar Washington untuk mendukung militer Ukraina, menimbulkan ketidakpastian baru komitmen Barat terhadap Ukraina. (Sumber: Kantor Pers Kepresidenan Ukraina via AP)

Baca Juga: Ukraina Serang Markas Armada Laut Hitam Rusia di Krimea dengan Rudal Pemberian Inggris dan Prancis

Calon presiden AS dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump. Dukungan bagi Ukraina dari Barat dalam melawan Rusia mulai menunjukkan keretakan serius. Posisi politik di Polandia dan Slovakia, serta keraguan Partai Republik di AS tentang pengeluaran besar Washington untuk mendukung militer Ukraina, menimbulkan ketidakpastian baru komitmen Barat terhadap Ukraina. (Sumber: AP Photo/Sue Ogrocki)

Senator Joe Manchin dari kubu Demokrat, setelah bertemu dengan Zelenskyy pada hari Kamis, mengakui "orang-orang sedang membicarakan seberapa banyak uang" yang dihabiskan. Tetapi, katanya, "Kami berinvestasi dalam demokrasi." Kandidat presiden lain dari Partai Republik seperti mantan Wakil Presiden Mike Pence, mantan Gubernur South Carolina Nikki Haley, dan mantan Gubernur New Jersey Chris Christie mendukung Ukraina.

Politik atas isu ini juga terjadi di Eropa Timur. Presiden Lithuania Gitanas Nauseda, pendukung besar perjuangan Ukraina melawan Rusia, membuat permohonan di platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, kepada rekan-rekannya di Ukraina dan Polandia "untuk menyelesaikan perbedaan saat ini," dan mengatakan negaranya siap untuk "memfasilitasi" dialog antara mereka.

Piotr Buras, seorang peneliti senior berbasis di Warsawa di European Council of Foreign Relations, mengatakan, "Hubungan Polandia-Ukraina telah menjadi sandera kampanye pemilihan Polandia," merujuk kepada pemilihan parlemen negara itu bulan depan.

Namun, kerusakan dari komentar Morawiecki masih menggantung, dia memperingatkan.

"Kerusakan yang ditimbulkan oleh komentar tersebut sangat merugikan perjuangan Ukraina, karena narasi ini menyerupai dan melegitimasi suara-suara di Eropa (terutama di sayap kanan) yang mempertanyakan apa perlunya menyuplai senjata ke Ukraina," kata Buras dalam sebuah email.

Robert Fico, mantan perdana menteri di Slovakia, kembali menjadi kandidat utama dalam pemilihan parlemen negara itu. Partainya yang populist, sayap kiri, mengambil sikap pro-Rusia dan berjanji akan membatalkan dukungan militer dan politik Slovakia bagi Ukraina jika terpilih dalam pemilihan pada 30 September.

Baca Juga: Buah Kunjungan Zelenskyy ke Washington, AS Bangun Pabrik Senjata Bersama di Ukraina

Presiden Ukraina Zelenskyy. Dukungan bagi Ukraina dari Barat dalam melawan Rusia mulai menunjukkan keretakan serius. Posisi politik di Polandia dan Slovakia, serta keraguan Partai Republik di AS tentang pengeluaran besar Washington untuk mendukung militer Ukraina, menimbulkan ketidakpastian baru komitmen Barat terhadap Ukraina. (Sumber: AP Photo)

Niklas Masuhr, seorang analis militer di Center for Security Studies di Federal Institute of Technology di Zurich, mengatakan mungkin ada beberapa partai politik yang "menaruh telur mereka dalam keranjang nasionalis untuk ... mendapat simpati dari pemilih" dan menghindari kesan memberikan "solidaritas yang tidak pantas kepada Ukraina" atas biaya kepentingan domestik.

"Naif untuk menganggap tidak ada kompromi antara kepentingan negara NATO individual dan kepentingan Ukraina," kata Masuhr, yang menyebut Polandia sebagai "pendukung keras" Ukraina dalam hal pengiriman peralatan militer.

“Ada tumpang tindih strategis yang luas, tetapi itu tidak berarti dalam setiap kasus kepentingan tersebut selaras,” katanya. Isu seperti pasokan energi atau makanan adalah "poin kritis, atau jika Anda mau, titik saraf dalam hubungan antara negara-negara ini."

Daniel Fried, mantan Duta Besar AS untuk Polandia dan sekarang seorang peneliti senior di pusat pemikiran Atlantic Council, mengatakan situasi terbaru di Eropa Timur "bukan akhir dari aliansi Polandia-Ukraina" dan menunjuk pada upaya Duda untuk menarik kembali komentar dari perdana menterinya.

"Krisis kecil ini mungkin telah mencapai puncaknya," kata Fried melalui telepon dari Berlin. "Ini akan terjadi dalam situasi perang di mana saraf orang-orang tegang, dan ada masalah nyata yang dipertaruhkan."

"Saya cukup yakin ini akan diperbaiki dan sedang dalam proses perbaikan, setidaknya saya berharap begitu," katanya.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU