Kim Jong Un Melihat Secara Dekat Pesawat Tempur Rusia dalam Tur Pabrik Senjata
Kompas dunia | 15 September 2023, 22:35 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memandang cermat ke dalam kokpit pesawat tempur tercanggih Rusia Su-57 saat ia melakukan tur ke pabrik pesawat dalam perjalanan panjang ke Rusia, pada Jumat (15/9/2023).
Sejak memasuki Rusia dengan kereta lapis bajanya pada Selasa (12/9), Kim bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan mengunjungi situs-situs senjata dan teknologi, yang menekankan hubungan yang semakin erat antara kedua negara yang terlibat dalam konfrontasi terpisah dengan Barat.
Pemerintah asing dan para ahli berspekulasi Kim kemungkinan akan memasok amunisi kepada Rusia untuk upaya perangnya di Ukraina sebagai imbalan atas penerimaan senjata atau teknologi canggih dari Rusia.
Pada Jumat ini, media negara Rusia mempublikasikan video yang menunjukkan kereta Kim tiba di stasiun di kota timur jauh Komsomolsk-on-Amur dan konvoi Kim bergerak keluar dari stasiun menuju pabrik pesawat kota tersebut.
Kabinet Rusia merilis video, menunjukkan Kim berdiri di atas platform melihat ke kokpit Su-57, pesawat tempur paling canggih Rusia, sambil mendengarkan pilotnya. Kim tersenyum dan bertepuk tangan ketika pesawat tempur Su-35 mendarat setelah penerbangan demonstrasi, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Jumat (15/9).
Menurut pernyataan Kabinet Rusia, Kim juga mengunjungi fasilitas yang memproduksi pesawat penumpang Sukhoi SJ-100. Pernyataan tersebut menyebutkan Kim ditemani oleh Wakil Perdana Menteri Denis Manturov.
"Kami menunjukkan salah satu pabrik pesawat terkemuka kami kepada pemimpin Korea Utara," kata Manturov dalam pernyataannya.
"Kami melihat potensi kerja sama dalam pembuatan pesawat dan industri lainnya, yang sangat penting untuk menyelesaikan tugas kedua negara kami dalam mencapai kedaulatan teknologi."
Selanjutnya, Kim akan ke Vladivostok untuk melihat armada Pasifik Rusia, sebuah universitas, dan fasilitas lainnya, kata Putin kepada media Rusia setelah pertemuan dengan Kim pada hari Rabu.
Baca Juga: Puji Pertemuan Kim Jong-Un-Putin, Tokoh Pro-Kremlin Semringah: Keberhasilan Diplomasi
Ini adalah perjalanan luar negeri pertama Kim sejak April 2019, ketika ia mengunjungi Vladivostok untuk pertemuan pertamanya dengan Putin. Kunjungan Rusia pada tahun 2019 itu terjadi dua bulan setelah Kim gagal mendapatkan keringanan sanksi yang sangat dibutuhkan dari Amerika Serikat selama pertemuan keduanya dengan Presiden AS saat itu, Donald Trump, di Vietnam.
Kunjungan sebelumnya Kim kemungkinan utamanya dimaksudkan untuk mencari bantuan Rusia untuk mengatasi dampak sanksi yang diberlakukan oleh AS. Namun, kali ini, Barat menduga Putin sangat ingin menerima senjata konvensional Korea Utara untuk mengisi stoknya yang habis dalam tahun kedua perang Rusia di Ukraina.
Para ahli mengatakan Kim, sebagai imbalan, akan mencari bantuan Rusia untuk memodernisasi angkatan udara dan angkatan lautnya, yang kalah dibandingkan dengan Korea Selatan yang menjadi saingannya, sementara Kim mengalokasikan sebagian besar sumber dayanya untuk program senjata nuklirnya.
Ketika ditanya apakah Rusia meminta Korea Utara mengirim pasukan untuk berperang bersama pasukan Rusia di Ukraina, Putin dengan tegas menolak gagasan tersebut, menyebutnya sebagai "omong kosong semata-mata," menurut media negara Rusia.
Putin mengulangi Rusia akan mematuhi sanksi PBB, beberapa di antaranya melarang Korea Utara untuk mengekspor atau mengimpor senjata apa pun. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, secara terpisah mengatakan tidak ada perjanjian tentang kerja sama militer bilateral yang ditandatangani setelah pertemuan Putin-Kim pada hari Rabu.
Para ahli mengatakan sangat tidak mungkin bagi Korea Utara untuk ikut serta dalam perang Rusia-Ukraina, meskipun secara publik mendukung invasi Rusia di Ukraina.
Namun, mereka mengatakan Korea Utara dan Rusia tidak akan mungkin mempublikasikan perjanjian apa pun tentang pasokan senjata untuk menghindari kritik internasional yang lebih keras.
Pertemuan antara Kim dan Putin berlangsung di Vostochny Cosmodrome, pusat peluncuran domestik terpenting Rusia. Tempat tersebut mungkin terkait dengan perjuangan Korea Utara untuk meluncurkan satelit mata-mata operasional ke ruang angkasa untuk memantau gerakan militer AS dan Korea Selatan.
Ditanya apakah Rusia dan Korea Utara dapat bekerja sama dalam penelitian ruang angkasa, Putin mengatakan: "Itu sebabnya kami datang ke sini. (Kim) sangat berminat dalam teknologi roket. Mereka juga mencoba mengembangkan bidang antariksa."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press