PBB: Lebih dari 5 Juta Orang Terlantar Akibat Konflik Sudan yang Berlarut-larut
Kompas dunia | 7 September 2023, 02:05 WIBKedua pemimpin memeriksa penjaga kehormatan kemudian menuju pembicaraan yang berfokus pada upaya regional untuk menemukan penyelesaian konflik di Sudan, menurut Dewan Penguasa.
Dalam kunjungannya ke Juba, Burhan didampingi oleh Menteri Luar Negeri Pelaksana Ali al-Sadiq dan Jenderal Ahmed Ibrahim Mufadel, kepala Badan Intelijen Umum, dan perwira militer lainnya, menurut Dewan Penguasa.
Menteri Urusan Kabinet Sudan Selatan Martin Elia Lomuro mengatakan, presiden Sudan Selatan punya solusi "untuk mengatasi konflik" di Sudan, menurut pernyataan dari presiden Sudan Selatan.
"Semua orang tahu Presiden Kiir adalah satu-satunya orang yang punya kedekatan dan pengetahuan tentang Sudan dan bisa menemukan solusi untuk krisis Sudan," kata Lomuro.
Al-Sadiq, menteri luar negeri pelaksana Sudan mengatakan, Sudan Selatan adalah kandidat terbaik untuk memediasi konflik yang sedang berlangsung "karena kita sudah menjadi satu negara begitu lama dan kita saling mengenal, kita tahu masalah-masalahnya dan kita tahu kebutuhan kita."
Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada tahun 2011 setelah konflik panjang.
Baca Juga: PBB: Ditemukan Kuburan Massal 87 Mayat di Darfur, Paramiliter RSF Sudan Ditengarai Pelakunya
Pada awal perang berkepanjangan di Sudan, Kiir Sudan Selatan berusaha menjadi mediator antara para jenderal yang sedang bertempur, sebagai bagian dari inisiatif Pemerintah Otoritas Perkembangan, sebuah blok regional beranggotakan delapan negara yang mencakup Sudan.
Pemimpin Sudan juga bertemu dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi Mesir pekan lalu di kota pantai Mesir, el-Alamein. Ini adalah kunjungan pertamanya ke luar negeri sejak perang dimulai.
Pada April, ketegangan yang sudah lama membara antara militer, dipimpin oleh Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter yang kuat, dipimpin oleh Mohammed Hamdan Dagalo, meledak menjadi pertempuran terbuka di ibu kota dan tempat lainnya.
Pertempuran ini mengubah ibu kota Sudan, Khartoum, menjadi medan perang perkotaan, dengan kedua belah pihak tidak berhasil mengendalikan ibu kota. Markas besar militer, di mana Burhan diyakini berada sejak konflik dimulai, menjadi salah satu pusat konflik.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Associated Press